"Kami telah menerima tuntutan yang sangat kuat dari masyarakat. Orang ingin tahu bagaimana mereka dapat saling membantu dan mereka ingin tahu bagaimana melayani masyarakat, bahkan ketika mereka tidak berseragam," kata Wu kepada DW.
"Sesi pelatihan ini dapat memberi warga Taiwan rasa urgensi, dan pelatihan pertolongan pertama sangat praktis dan efektif baik dalam bencana alam maupun perang," kata Su Tzu-yun, seorang analis di Institut Riset Pertahanan dan Keamanan Nasional di Taiwan.
Persiapan adalah kunci
Pada 27 Agustus, Forward Alliance menyelenggarakan satu sesi pelatihan di kota terbesar kedua Taiwan, Taichung, yang diikuti puluhan pensiunan, ibu rumah tangga, profesional muda, dan pelajar.
Mereka memadati pusat komunitas setempat untuk mempelajari keterampilan dasar pertolongan pertama. Sebagian besar peserta mengatakan perang di Ukraina dan status politik sensitif Taiwan mendorong mereka untuk mengambil bagian dalam pelatihan ini.
"Saya memutuskan untuk mengikuti pelatihan karena perang di Ukraina," kata Cherri Lee, seorang profesional pendidikan berusia 40-an.
"Orang-orang di Taiwan telah menikmati perdamaian untuk waktu yang lama, tetapi saya berpikir itu bukan alasan bagi kami untuk terus berpuas diri menghadapi meningkatnya ancaman yang ditimbulkan oleh Cina."
"Memiliki tempat untuk mendapatkan informasi tentang pertolongan pertama dan mengetahui apa yang harus dilakukan ketika sesuatu terjadi, dan bagaimana bereaksi ketika keadaan darurat terjadi akan membantu menyadarkan warga, bahwa Taiwan mungkin tidak seaman yang mereka kira," tambahnya.
Peserta lain mengatakan penting bagi warga biasa untuk menyadari bahwa mereka juga dapat menjadi bagian dari tim penanggap pertama.
"Saya pikir itu luar biasa, bahwa kita bisa mendapatkan kesempatan untuk belajar bagaimana membantu orang lain setiap kali ada krisis," kata Jenny Chen, seorang konselor sekolah berusia 50-an.