Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Kemampuan di Luar Nalar Pilot TNI AU, Modal Jet Tempur Hawk Bisa Intimidasi F-18 Hornet Australia yang Seenak Jidat Nyelonong di Langit Indonesia, Kemenangan Diraih Tanpa Luncurkan Rudal Satupun

Angriawan Cahyo Pawenang - Rabu, 14 September 2022 | 05:42
Ilustrasi Pesawat HAWK 100/200
tni-au.mil.id

Ilustrasi Pesawat HAWK 100/200

Gridhot.ID - TNI AU memang memiliki berbagai macam parajurit dengan kemampuan luar biasa.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, TNI AU selalu berusaha menghadapi tantangan zaman dengan cara meningkatkan kemampuan mereka.

Kemajuan teknologi yang tak terprediksi harus bisa dilalui dan membuat TNI AU bisa terus disegani di wilayahnya.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah mengatakan, maksud disegani di kawasan bukan berarti TNI AU ingin mengeklaim akan jadi yang disegani.

Namun, TNI AU sedang berusaha untuk membangun kekuatan dan kemampuan, serta postur, sebagaimana AU negara maju lainnya yang sudah mumpuni.

Memang TNI AU terbilang hebat dalam menghalau musuh di langit Indonesia.

Hal ini terbukti dari beberapa kisah perseteruan di masa lalu di masa-masa konflik.

Salah satunya di momen Timor-Timur.

Dikutip Gridhot dari Grid.ID, usai lepasnya Timor-Timur dari pangkuan Ibu Pertiwi Agustus 1999, hubungan panas justru terjadi antara Indonesia dan Australia.

Maklum, Australia paling getol mendukung Tim-Tim lepas dari NKRI.

Hal itu diwujudkan dengan sumbangsih Australia mengirimkan pasukan paling banyak di tubuh INTERFET (Pasukan PBB untuk Timor-Timur) untuk mengawal jalannya referendum disana.

Baca Juga: Karma Dibayar Kontan, Seenak Jidat Ambil Ponsel Wartawan, Kaki Tangan Ferdy Sambo Dijatuhi Hukuman, Ini Sanksi yang Diberikan Polri ke Bharada Sadam

Tapi pengiriman pasukan Interfet cenderung membuat masalah menjadi runyam karena bisa saja pasukan PBB itu bergesekan dengan prajurit TNI yang juga stand by tempur di Timor Timur.

Kemudian hal itu terjadi akan tetapi gesekan bukan di darat melainkan di udara.

Saat itu tanggal 16 September 1999, Lanud El Tari Kupang sebagai pangkalan udara depan yang berbatasan dengan wilayah udara Timor-Timur melaksanakan kegiatan seperti biasa.

Secara periodik para pilot tempur TNI AU melaksanakan patroli udara.

Patroli ini bisa disebut patroli tempur (Combat Air Patrol) lantaran Panglima Komando Operasi (Pangkoopsau) 2 memerintahkan tembak jatuh pesawat apapun yang melintasi wilayah udara Indonesia tanpa izin karena situasi 'panas' saat itu.

Unsur yang digunakan untuk patroli udara adalah A-4 Skyhawk, Hawk 109/209 dan F-16.

Masing-masing pesawat dipersenjatai kanon kaliber 20 mm dan rudal udara ke udara AIM 9 Sidewinder, mungkin hanya OV-10 Bronco saja yang tak dilengkapi rudal.

Briefing sebelum penerbangan dilakukan dipimpin oleh Danlanud.

Dalam flight plan ditentukan bahwa pimpinan taktis dipegang oleh Kapten Pnb Ashar Aditama dengan wingman Mayor Pnb Henry Affandi dan Lettu Pnb Anton Mengko.

Kapten Azhar menunggangi jet tempur Hawk 209 TT-1207 berkursi tunggal.

Sedangkan Mayor Henry dan Lettu Anton menggunakan Hawk 109 TL-0501 yang berkursi tandem.

Baca Juga: Destroyer Renhai Type 055 China Bakal Berasa Kerdil, Saudara Tua Indonesia Bangun Kapal Perang Berbobot 20.000 Ton Terbesar di Dunia, Jepang Bikin Sistem Persenjataan yang Dijamin Buat Kim Jong Un Ketar-ketir

Pukul 08.45 WITA semua sudah siap, kedua Hawk pun scramble dan melesat ke udara.

Daam hitungan menit kedua jet tempur buatan Inggris itu pun sudah pada ketinggian 10.000 kaki, keduanya terbang dalam formasi sejajar.

Kedua Hawk mengarah terbang ke tenggara (225 derajat) menuju batas Flight Information Region (FIR) Darwin, Australia.

Patroli tempur di perbatasan ruang udara Indonesia-Australia pun dimulai.

Saat mendekati FIR, Kapten Azhar menghubungi Satuan Radar (Satrad) 251 Kupang yang mengoperasikan radar Groun Control Interception (CGI).

Mayor Haposan sebagai komandan Satrad 251 kemudian memberikan laporan situasi ruang udara sekitar sesuai pantauan radar.

Ilustrasi: Sebuah F-18 SuperHornet
US NAVY

Ilustrasi: Sebuah F-18 SuperHornet

Laporan awal ruang udara sekitar aman terkendal hingga kedua Hawk melesat terbang menuju Pulau Roti, 80 mil dari Lanud El Tari.

Tapi dalam hitungan detik keadaan mulai berubah gawat, Mayor Haposan melaporkan kepada Kapten Azhar ada dua pesawat tak dikenal (Blackflight) melewati batas FIR Darwin pada ketinggian 8.000 kaki dengan kecepatan 160 knot.

Awalnya Kapten Azhar dan dua wingmannya mengira kedua obyek itu adalah helikopter.

Jarak antar kedua Hawk TNI AU dengan pesawat penyusup itu 97 mil.

Namun kedua pesawat penyusup tersebut mulai bermanuver mencurigakan dan Kapten Azhar dengan dipandu Satrad 251 mendekati sasaran yang diberi sandi X.

Baca Juga: Lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Tapi Tak Hapal Pancasila, Ini Sosok Ketua DPRD Lumajang yang Pilih Mundur dari Jabatannya, Anang Ahmad Syaifuddin: Untuk Menjaga Marwah

Ketika kedua Hawk melaju cepat ke kedua penyusup, radar Hawk terkena Jamming (pengacauan radar) oleh kedua pesawat penyusup itu.

Hal ini menyiratkan bahwa kedua penyusup sedang menyampaikan pesan tantangan kepada kedua Hawk.

Setelah jarak sudah sangat dekat dengan kedua pesawat penyusup sekitar 10 mil, Kapten Azhar secara spontan mengaktifkan panel Air Combat Manuver (ACM) untuk siap-siap bertempur.

Otomatis dengan aktifnya ACM dua rudal AIM-9 Sidewinder juga ikut aktif untuk memangsa musuh.

Kedua pesawat penyusup rupanya tahu bahwa Hawk TNI AU sudah siap menembak mereka.

Keduanya lantas menanjak tajam ke atas ketinggian 30.000 kaki dengan kecepatan 670 knot.

Itu merupakan manuver menghindar sekaligus persiapan menyerang Hawk TNI AU.

Baru sekarang Kapten Azhar dan koleganya menyadari sasaran mereka bukan helikopter melainkan jet tempur.

Kedua Hawk langsung mengejar jet penyusup itu dengan kecepatan penuh.

Baik Hawk maupun jet tempur lawannya melakukan berbagai manuver tempur, dogfight sudah dimulai!

Posisi Hawk menguntungkan karena dibelakang pesawat penyusup.

Baca Juga: Kerjaan Kantorannya Berurusan dengan Institusi Penting Dunia, Erina Gudono Nyatanya Punya Sumber Kekayaan yang Tak Kalah Mentereng dari Kaesang, Pantas Pede Jadi Mantu Presiden Tahun Depan

Radar Hawk pun sudah mengunci salah satu pesawat musuh, tinggal rudal diluncurkan.

Tapi Kapten Azhar belum menembak lantaran tidak adanya perintah dari pimpinan.

Dalam kondisi sangat genting tersebut tiba-tiba kedua pesawat musuh berbalik arah dan menuju dua Hawk TNI AU.

Dalam hitungan detik kedua pesawat musuh berpapasan dengan Hawk.

Kapten Azhar sekarang bisa melihat secara visual jet apa yang ia kejar.

"F/A-18 Hornet Australia!" teriak Kapten Azhar.

Hati Kapten Azhar dan dua wingmannya merasa kecut kesal lantaran tadi bisa saja ditembak F/A-18 Hornet tersebut karena sudah masuk tanpa izin ke wilayah udara Indonesia.

Sebenarnya Kapten Azhar sudah meminta izin untuk menembak kedua Hornet namun pimpinan hanya berkata : 'bayang-bayangi dan identifikasi.'

Kedua F/A-18 Hornet Australia kemudian tancap gas kabur ke FIR Darwin karena aksi 'slonong boy' mereka ketahuan dan hampir dilalap Hawk TNI AU.

Kedua Hawk kemudian kembali ke pangkalan di Lanud El Tari, Kupang.

Misi patroli ini dianggap sukses karena berhasil mengusir Hornet Australia dari ruang udara Indonesia.

Sejatinya, Hawk 109/209 TNI AU bukan lawan sepadan bagi jet tempur berat F/A-18 Hornet karena Hawk adalah pesawat jet kelas ringan.

Untung saat itu TNI AU belum kedatangan Sukhoi Su-27/30, kalau yang mencegat F/A-18 Australia sekelas Sukhoi bisa lain ceritanya.

(*)

Source :Kompas.comGrid.ID

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x