Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Taktik Beijing Lebih Canggih dan Tak Terdeteksi, Indonesia Disebut Lebih Rentan dari FilipinaTerhadap Kampanye yang Dilakukan China, 2 Faktor Ini Jadi Pemicu

Septia Gendis - Jumat, 16 September 2022 | 20:25
Presiden RI Jokowi dan Presiden China Xi Jinping. Utang Indonesia ke China bertambah setelah suntikan dana ini dikucurkan
Intisari online

Presiden RI Jokowi dan Presiden China Xi Jinping. Utang Indonesia ke China bertambah setelah suntikan dana ini dikucurkan

Beberapa dari mereka yang mengulangi poin pembicaraan Beijing termasuk penolakan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang Uygur Autonomous Region (XUAR), kata laporan itu.

Upaya itu tidak menenangkan kekhawatiran populasi Muslim di negara-negara Asia Tenggara, menurut laporan itu.

Freedom House mengatakan banyak orang Indonesia sebagian besar skeptis terhadap China, sementara liputan media lokal tentang Xinjiang tetap kritis karena laporan pelanggaran di XUAR telah menjadi viral di media sosial.

Sementara upaya pengaruh pemerintah China meningkat dengan kesepakatan baru antara media pemerintah kedua negara, laporan tersebut mengatakan jumlah orang Indonesia yang menyebut China sebagai "kekuatan revisionis" telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Sementara di Malaysia, di mana seperempat populasinya adalah etnis Tionghoa, orang-orang skeptis terhadap narasi Beijing.

Bahkan ketika laporan tersebut mencatat bahwa, 90 persen media berbahasa China di negara itu dimiliki oleh seorang taipan China-Malaysia dengan kepentingan bisnis yang kuat di China.

"Garis editorial dari outlet-outlet ini dengan demikian didominasi oleh narasi pro-Beijing dan media berbahasa Mandarin kurang mempublikasikan topik sensitif secara politik dibandingkan dengan rekan-rekan mereka dalam bahasa Inggris dan Melayu," kata laporan itu, menambahkan bahwa liputan kritis telah muncul di outlet media besar lainnya.

Namun, tampaknya ada budaya sensor diri di antara jurnalis berbahasa Melayu dan China yang waspada bahwa liputan kritis dapat mengakibatkan pembalasan atau merusak hubungan bilateral.

Di Filipina, kehadiran kampanye disinformasi terkait Beijing penting tetapi belum tentu efektif, kata laporan itu.

"Data yang tersedia menunjukkan bahwa orang Filipina telah beralih dari menganggap pemerintah China sebagai pengaruh atau model positif dan bahwa mereka masih lebih memilih Amerika Serikat dan negara lain sebagai mitra," kata laporan itu.

"Orang Filipina menunjukkan skeptisisme yang meluas terhadap narasi media pemerintah China, terutama di tengah perselisihan teritorial yang memburuk antara kedua negara di Laut China Selatan," tambahnya.

Baca Juga: Bjorka Jadi 'Buronan' Usai Retas Data Pribadi, Bocah Cilik dari Tangerang yang Pernah Jebol NASA Ini Justru Banjir Penghargaan Sejak Jadi Hacker

Source : intisari-online.com Tribunjogja.com

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x