Isi perjanjian Postdam itu menyatakan bahwa “wilayah yang didudukimusuh” (occupied area) harus dikembalikan kepada penguasa semula.
Jika isi perjanjian itu dikaitkan dengan Indonesia, berarti pasukan Jepangharus mengembalikan Indonesia kepada Belanda.
Singkat kata Belanda memang ingin menguasai Indonesia lagi danmenjadikan Makassar sebagai ibu kota Negara Indonesia Timur.
Para pejuang kemerdekaan di Makassar pun kemudian membentukpasukan perlawanan demi melawan pasukan Belanda.
Pasukan perlawanan yang saat itu berhasil dibentuk untukmempertahankan kemerdekaan RI adalah Laskar Pemberontak RakyatIndonesia Sulawesi (Lapris).
Salah satu pejuang Lapris yang kemudian gugur dan menjadi pahlawannasional adalah Robert Wolter Mongisidi.
Karena perlawanan pasukan Lapris selalu berhasil dipukul mundur olehpasukan Belanda, kekuatannya menjadi terpecah-pecah.
Pada serangan militer Belanda yang dilancarkan pada 8 Agustus 1946,kubu pasukan Lapris yang berada di Gunung Ranaya berhasil dihancurkandan para pejuang Lapris pun memilih turun gunung
Mereka kemudian melanjutkan perlawanan melalui taktik peperangansecara gerilya.
Salah satu personel yang terus bertempur secara gerilya adalah MaulwiSaelan, yang kelak menjadi pengawal pribadi Presiden Soekarno.
Maulwi yang pada puncak kariernya berpangkat kolonel juga menjabatsebagai Wakil Komandan Pasukan Pengawal Presiden, Cakrabirawa.