Namun ketika pelana, tombak, dan payung Diponegoro dikirim kembali, rupanya keris tidak.
Baru pada 2020 lalu, setelah 45 tahun berlalu sejak perjanjian ditandatangani, keris tersebut akhirnya dikembalikan oleh Belanda kepada Indonesia.
Keris Kyai Nogo Siluman disimpan Belanda di Museum Etnologi sebelum dikembalikan ke Indonesia.
Mengutip The Guardian, pada tahun 1831, keris tersebut diberikan kepada kabinet kerajaan langka Raja William I, raja pertama Belanda dan adipati agung Luksemburg.
Itu diberikan sebagai bagian dari koleksi yang kemudian dipindahkan ke tempat yang sekarang menjadi Museum Etnologi.
Keris Pusaka Pangeran Diponegoro, Kyai Nogo Siluman
Sejarawan seni, Jos van Beurden mengatakan hilangnya keris selama beberapa dekade disebabkan oleh kurangnya pengaturan dan keengganan untuk mengembalikan harta karun kepada Indonesia.
Keris Kyai Nogo Siluman merupakan keris yang dibawa kemana-mana oleh Pangeran Diponegoro, termasuk saat berperang.
Selain keris Kyai Nogo Siluman, Pangeran Diponegoro juga sering membawa beberapa keris lainnya.
Seperti yang diceritakan alam buku Takdir Sejarawan Pangeran Diponegoro 1785-1855, oleh sejarawan Peter B Carey.
Keris lain yang sering dibawanya misalnya keris Kyai Abijoyo yang merupakan hadiah dari ayahnya dan kyai Ageng Bondoyudo.
Keris memang merupakan senjata perang pada masanya, namun bukan berarti alat khusus untuk membunuh.