Saat Peru tertinggal 0-1, gol mereka dianulir oleh wasit Angel Eduardo Pazos.
Keputusan itu memicu invasi suporter ke lapangan.
Mirip seperti Tragedi Kanjuruhan, polisi Peru lantas menembakkan gas air mata ke tribune penonton sehingga menciptakan kepanikan.
Dalam situasi panik, jatuh korban jiwa ketika penonton berdesak-desakan mencoba keluar dari stadion.
Insiden ini tercatat menimbulkan korban jiwa sebanyak 328 orang.
Angka korban jiwa Tragedi Kanjuruhan jauh lebih banyak daripada dua insiden kerusuhan yang mungkin paling terkenal di sepak bola dunia.
Tragedi Hillsborough dalam laga semifinal Piala FA antara Liverpool dan Nottingham Forest pada 15 April 1989 mengakibatkan jatuhnya 97 korban meninggal dunia.
Sementara itu, Tragedi Heysel dalam laga final Piala Champions 1985 antara Liverpool dan Juventus memakan korban jiwa sebanyak 38 orang. (*)