Sebagai pengajar, Septinus melakukan pendekatan kepada anak-anak agar mau belajar.
Dengan gaji polisi yang diterimanya, Septinus membeli roti, permen dan cemilan untuk membujuk para generasi muda Papua itu untuk tetap rajin belajar.
"Pada intinya mereka (Anak-anak) ini harus belajar dulu, sekolah dulu tamat SD SMP dan SMA bahkan kuliah nasib itukan sesuai garis tangan" ucap polisi asal Papua itu.
Sekolah SD tempat Bripka Septinus mengajar, nyaris ditutup karena kekurangan guru.
Sekolah tersebut juga kurang perhatian pemerintah.
Kehadiran Septinus seakan membawa energi baru, bukan hanya bagi anak-anak tetapi juga warga di Kampung Warsinebri.
"Sebenarnya sekolah ini kan sudah mau tutup. Tetapi kami sebagai sekertaris kampung dan juga masyarakat. Walaupun dia sebagai keamanan tetapi dia melihat itu, dia membantu" kata Kasi Sekertaris Kampung Warsinebri, Demianus.
Ruland Kapisa, seorang warga Kampung Warsinebri menyebut Bripka Septinus bertugas sebagai ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
Dia melihat Septinus sebagai sosok yang peduli dengan keadaaan di Kampung tersebut.
"Bertugas sebagai ABRI, tetapi dia melihat keadaan itu akhirnya dia terjun lagi membantu di sekolah tanpa biaya namun dia tetap membantu," kata Kapisa.
Dijuluki polisi guru, polisi pendeta
Source | : | Kompas.com,Tribun Palu |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar