Dia juga menyalahkan pendahulunya, Moon Jae-in, atas kebijakan Korea Utara yang "berbahaya." Ia menyorot pakta militer antar-Korea 2018 yang melarang kegiatan bermusuhan di daerah perbatasan.
Serangan Senin (26/12/2022) adalah pertama kalinya dalam lima tahun drone Korea Utara memasuki wilayah udara Korea Selatan.
Insiden ini juga terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di semenanjung, dengan Korea Utara melakukan sejumlah uji coba rudal tahun ini.
Media lokal melaporkan bahwa ada kemungkinan penampakan drone lain di Korea Selatan pada Selasa (27/12/2022), tetapi kementerian pertahanan mengatakan bahwa itu adalah sekawanan burung.
Awal bulan ini, Korea Utara mengklaim telah melakukan tes besar yang diperlukan untuk membantunya mengembangkan satelit mata-mata pertamanya.
Pyongyang mengklaim itu dapat digunakan untuk memantau Korea Selatan. Korea Utara bahkan merilis foto udara Seoul, yang katanya telah diambil selama pengujian.
Para ahli meyakini Korea Utara bekerja untuk menyempurnakan dan meningkatkan senjatanya, sambil menekan Amerika Serikat untuk meringankan sanksi dalam negosiasi di masa depan.
Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan Tribunnews, 24 Desember 2022, disisi lain Korea Utara juga dilaporkan kembali menembakkan dua rudal balistik ke arah laut lepas pantai timurnya pada Jumat (23/12/2022) malam.
Dikutip dari Reuters, peluncuran dua rudal balistik tersebut terjadi di tengah tuduhan bahwa Pyongyang telah memasok amunisi ke pasukan Rusia yang digunakan untuk perang di Ukraina.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan bahwa kedua rudal tersebut terbang masing-masing sejauh 350 km dan 250 km. Adapun, penjaga pantai Jepang juga melaporkan dugaan peluncuran rudal balistik tersebut.
Lantas, militer Korea Selatan menyebut peluncuran rudal balistik itu sebagai tindakan provokasi serius yang merusak perdamaian dan stabilitas di semenanjung Korea dan sekitarnya serta pelanggaran yang jelas terhadap resolusi PBB.