Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar
Gridhot.ID -Militer Korea Selatan (Korsel) minta maaf karena gagal menembak jatuh lima drone Korea Utara (Korut) yang melintasi langit perbatasan bahkan mendekat ke ibu kota Seoul pada Senin (26/12/2022).
Dilansir Gridhot.ID dari artikel terbitan Kompas.com, 27 Desember 2022, Seoul melepaskan tembakan peringatan dan mengirim jet serta helikopter serang untuk menembak jatuh pesawat tanpa awak (drone) milik pasukan Kim Jong Un, yang salah satunya terbang dekat ibu kota.
Meskipun pengejaran selama lima jam, drone tersebut dilaporkan semuanya kembali ke Korea Utara.
Presiden Korea Selatan mengatakan bahwa insiden tersebut menunjukkan kesiapan militer "sangat kurang."
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengklaim militernya dapat melawan "serangan drone yang menimbulkan ancaman nyata," tapi mengaku kemampuan pihaknya terbatas untuk mendeteksi dan menyerang drone mata-mata yang lebih kecil.
"Kurangnya kesiapan militer kami telah menimbulkan banyak kekhawatiran bagi masyarakat," pengakuan Kang Shin-chul, pejabat senior yang mewakili cabang utama angkatan bersenjata Korea Selatan dalam sebuah pernyataan pada Selasa (27/12/2022) dilansir dari BBC.
Dia menambahkan bahwa militer akan "secara aktif menggunakan perangkat pendeteksi untuk menemukan pesawat tak berawak musuh dari tahap awal dan secara agresif mengerahkan aset serangan".
Koresponden BBC di Seoul, Jean Mackenzie, mengatakan kegagalan itu memprihatinkan. Pasalnya, drone yang terbang di dekat Seoul berpotensi menjalankan operasi pengawasan dan memotret area sensitif.
Dalam rapat kabinet pada Selasa (27/12/2022), Presiden Yoon Suk-yeol mengatakan akan mempercepat pembentukan unit militer yang akan dilengkapi dengan drone siluman mutakhir untuk memantau fasilitas militer Korea Utara, sebagai tanggapan atas insiden Senin (26/12/2022).
Dia juga menyalahkan pendahulunya, Moon Jae-in, atas kebijakan Korea Utara yang "berbahaya." Ia menyorot pakta militer antar-Korea 2018 yang melarang kegiatan bermusuhan di daerah perbatasan.
Serangan Senin (26/12/2022) adalah pertama kalinya dalam lima tahun drone Korea Utara memasuki wilayah udara Korea Selatan.
Insiden ini juga terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di semenanjung, dengan Korea Utara melakukan sejumlah uji coba rudal tahun ini.
Media lokal melaporkan bahwa ada kemungkinan penampakan drone lain di Korea Selatan pada Selasa (27/12/2022), tetapi kementerian pertahanan mengatakan bahwa itu adalah sekawanan burung.
Awal bulan ini, Korea Utara mengklaim telah melakukan tes besar yang diperlukan untuk membantunya mengembangkan satelit mata-mata pertamanya.
Pyongyang mengklaim itu dapat digunakan untuk memantau Korea Selatan. Korea Utara bahkan merilis foto udara Seoul, yang katanya telah diambil selama pengujian.
Para ahli meyakini Korea Utara bekerja untuk menyempurnakan dan meningkatkan senjatanya, sambil menekan Amerika Serikat untuk meringankan sanksi dalam negosiasi di masa depan.
Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan Tribunnews, 24 Desember 2022, disisi lain Korea Utara juga dilaporkan kembali menembakkan dua rudal balistik ke arah laut lepas pantai timurnya pada Jumat (23/12/2022) malam.
Dikutip dari Reuters, peluncuran dua rudal balistik tersebut terjadi di tengah tuduhan bahwa Pyongyang telah memasok amunisi ke pasukan Rusia yang digunakan untuk perang di Ukraina.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan bahwa kedua rudal tersebut terbang masing-masing sejauh 350 km dan 250 km. Adapun, penjaga pantai Jepang juga melaporkan dugaan peluncuran rudal balistik tersebut.
Lantas, militer Korea Selatan menyebut peluncuran rudal balistik itu sebagai tindakan provokasi serius yang merusak perdamaian dan stabilitas di semenanjung Korea dan sekitarnya serta pelanggaran yang jelas terhadap resolusi PBB.
"Kami akan melacak dan memantau perkembangan bersama dengan Amerika Serikat dalam persiapan untuk provokasi tambahan oleh Korea Utara, sambil mempertahankan postur kesiapan yang kuat berdasarkan kemampuan kami untuk menanggapi secara luar biasa setiap provokasi oleh Korea Utara," kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.
Sementara itu, menteri pertahanan Jepang Toshiro Ino mengatakan Tokyo telah mengajukan protes keras kepada Korea Utara melalui saluran diplomatik di Beijing.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno juga mengutuk peluncuran terbaru rudal balistik Korea Utara, seraya mengatakan bahwa tindakan tersebut benar-benar tidak dapat diterima.
"Eskalasi cepat provokasi Korea Utara dalam serangkaian tindakan mengancam perdamaian dan keamanan wilayah Jepang serta komunitas internasional," kata Matsuno.
Di sisi lain, militer Amerika Serikat mengatakan bahwa peluncuran dua rudal balistik itu tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap personel atau wilayah AS, dan sekutunya, tetapi mengatakan tindakan tersebut menyoroti "dampak destabilisasi" dari program rudal nuklir dan balistik Pyongyang.
(*)