Inilah yang disebut Kapolda Papua sebagai ‘insiden kecil’ – membunuh seorang warga sipil Papua Barat bukanlah apa-apa bagi pasukan pendudukan Indonesia.
"Perlakuan Lukas Enembe tak lepas dari sikapnya yang semakin vokal menentang kebijakan kolonial Indonesia di Papua Barat .
Dia menentang pembagian Indonesia atas Papua Barat menjadi provinsi baru, sebuah taktik memecah belah dan menguasai yang dirancang untuk mencuri sumber daya alam kita dan memungkinkan militerisasi lebih lanjut di desa kita.
Pembagian provinsi adalah bagian dari paket pembaharuan 'Otonomi Khusus' kolonial, yang hanya membawa kehancuran selama dua puluh tahun atas nama 'pembangunan'.
Otonomi Khusus berarti pembunuhan dan mutilasi empat warga sipil Papua Barat oleh tentara Indonesia.
Itu berarti penghancuran gunung dan hutan kita untuk perkebunan dan tambang baru seukuran Jakarta.
Lebih dari 600.000 orang Papua Barat telah menandatangani petisi yang menolak program 'Otonomi Khusus' palsu.
Ketika dia berbicara menentang pembagian provinsi baru, Enembe berbicara untuk rakyat," papar Benny Wenda.
Lebih lanjut Benny Wenda mengatakan, penangkapan Lukas Enembe menunjukkan bagaimana Indonesia menanggapi perbedaan pendapat, bahkan dari tokoh-tokoh yang menerima keberadaan mereka secara ilegal di tanah Papua.
"Kita tidak bisa melupakan bahwa Lukas Enembe menjadi sasaran meskipun bekerja di dalam institusi Indonesia.
Kita juga tidak boleh melupakan banyak pemimpin Papua Barat yang meninggal secara misterius selama tiga tahun terakhir.