Gridhot.ID - Ustaz Abdul Somad menjelaskan tentang bahaya dari Ghibah.
Ustaz Abdul Somad kemudian memberikan penjelasan mengenai ganjaran dari orang-orang yang terus menjalankan ghibah.
Lalu apakah ghibah bisa membatalkan puasa?
Dikutip Gridhot dari laman resmi Muhammadiyah, ghibah adalah menggunjing atau menyebutkan sesuatu yang terdapat pada saudaranya ketika ia tidak hadir dengan sesuatu yang benar tetapi tidak disukainya, seperti menggambarkannya dengan apa yang dianggap sebagai kekurangan menurut umum untuk meremehkan dan menjelekkan.
Maksud saudaranya di sini adalah sesama muslim.
Termasuk sebagai ghibah adalah menarik perhatian seseorang terhadap sesuatu dimana orang yang dibicarakan tidak suka untuk dikenali seperti itu.
Hal-hal yang disebutkan dalam ghibah antara lain: keadaan jasmani, yang dipakainya, nasab dan keluarganya, perangai, pekerjaan, perbuatan, ibadah, dan hal-hal lain menyangkut cacat, kekurangan atau hal-hal yang bersifat negatif.
Dikutip Gridhot dari Tribunnews, ghibah atau membicarakan orang lain bukanlah hal yang dapat membatalkan puasa.
Namun ghibah dapat menghilangkan pahala puasa.
Hal itu disampaikan Dosen UIN Surakarta, Dr H Abdul Matin bin Salman MAg dalam acara Tanya Ustaz di YouTube Tribunnews.
Ia menjelaskan, puasa tidak hanya menahan lapar, dahaga dan syahwa, tetapi juga menjaga lisan dan menjaga diri dari ghibah merupakan cara menjaga lisan selama berpuasa.
Menurutnya di zaman sekarang, ghibah tidak hanya melalui lisan tapi bisa dilakukan melalui media sosial.
"Pada dasarnya, puasa menahan dari segala hal yang dilarang agama. Puasa bukan sekedar menahan lapar, dahaga dan syahwat, tetapi juga menjaga lisan kita."
"Saat ini dalam rangka menjaga puasa kita, apalagi di zaman saat ini ghibah atau menggunjing orang lain tidak hanya melalui lisan, tapi bisa melalui Whatsapp, Instagram, Facebook, Telegram aplikasi lain dalam rangka menyebarkan hoaks atau bahkan menyebarkan keadaan yang nyata terjadi dan hal tersebut tidak disukai oleh kelompok atau individu tertentu," ujarnya.
Ustaz Abdul Matin pun mengutip hadist yang berisi pengertian ghibah.
Ghibah adalah menyebutkan, menceritakan apa yang senyatanya terjadi kepada orang lain meski kejadian itu adalah faktual tetapi yang bersangkutan tidak suka apabila keburukannya diungkapkan kepada orang lain.
Berita palsu atau hoaks juga merupakan ghibah jika dibagikan kepada orang lain.
Ia mengingatkan bahwa ghibah tidak hanya membagikan keburukan orang lain tapi juga berita faktual tentang orang lain tapi orang tersebut tidak suka akan berita tersebut.
"Karena itu jika dalam keadaan puasa, berhati-hatilah men-share dan dalam kategori ghibah. Saat ini banyak sekali bermunculan cerita yang bersumber dari berita palsu."
"Jangankan berita palsu dalam Islam, menceritakan berita yang sesungghunya terjadi tapi tidak disukai oleh kawan kita ketika menceritakan kejadian yang sesungguhnya," ungkapnya.
Sementara ghibah saat berpuasa tidak akan membatalkan puasa, tetapi membatalkan pahala puasa.
"Dalam Islam ketika seseorang menjalankan ibadah puasa lalu melakukan perbuatan ghibah yang menurutnya menceritakan kejadian sesungguhnya tapi dalam Islam ghibah dilarang. Puasanya benar, puasanya sah hanya saja pahalanya menjadi batal."
"Dia sah menjalankan puasa dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari, tapi pahalnya tidak mendapatkan apapun," jelasnya.
Ia mengungkapkan sebuah hadist yang isinya ghibah akan merusak amalan selama berpuasa, berikut artinya:
"Barang siapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan palsu, meskipun tidak dengan perkataan tapi tulisan. Dan dia tidak mampu meninggalkan perbuatannya itu, maka tidak ada kepentingan dan kebutuhan bagi Allah orang itu untuk menjalankan ibadah puasa."
Sementara itu, Ustaz Abdul Somad memberikan penjelasan yang lain.
Dikutip Gridhot dari Bangka POS, Ustaz Abdul Somad menerangkan bahwa orang yang melakukan ghibah seperti seseorang yang memakan bangkai saudaranya sendiri.
"Maukah kamu memakan bangkai saudaramu, tentulah kamu benci. Siapa yang makan bangkai, bicarakan aib orang lain, setop," ujar Ustadz Abdul Somad seperti dikutif dari channel Tanya Ustadz Somad.
Dijelaskan Ustadz Abdul Somad tak ada gunanya membicarakan aib orang lain.
Lebih baik menurutnya, seseorang memperbanyak zikir dan berhenti membicarakan aib orang lain.
"Perbanyak zikir, janganlah membicarakan orang lain, setop," tegasnya.
Tak hanya itu, Ustadz Abdul Somad menerangkan bagaimana aturan atau adab bertetangga.
Hendaknya hal tersebut tidak dilakukan karena akan merugikan orang lain dan diri sendiri.
"Berbahagialah orang yang sibuk mengurus aibnya sehingga tak sempat mengurus aib orang lain, berbahagialah orang yang sibuk mengurus cacat dirinya, sehingga tak sempat menengok cacat orang lain.
Berbahagialah orang yang mengurus suaminya, sehingga tak sempat menengok suami orang lain, berbahagialah orang yang mengurus istrinya, sehingga tak sempat menengok istri orang lain," ujarnya.
(*)
Source | : | tribunnews,bangka pos,muhammadiyah.or.id |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar