Ia memilih pulang ke rumah kawasan Kebayoran untuk menemui sang adik, hingga aksi teror itu terjadi.
Ada tiga orang berperawakan tegap dan berambut gondrong, terlihat mencurigakan di lingkungan sekitar rumahnya itu.
"Saya menyuruh staf untuk mengambil barang. Dia keluar rumah melihat ada orang yang mencurigakan sebanyak tiga orang," ungkapnya.
Peneroran berlanjut, datang sejumlah oknum TNI yang mencari Dito Mahendra di kediaman Nindy.
"Selanjutnya sekitar pukul 22.00 WIB saat saya sedang makan bersama adik.
"Kemudian ART kembali menginfornasikan bahwa ada orang yang mencari Bapak Dito, lalu saya meminta untuk mengunci pintu," jelasnya.
Aksi teror itu terjadi hingga keesokan harinya, Senin (3/4/2023).
"Tiba-tiba ramai datang, tiga, lima, sepuluh dan itu adalm oknum dari TNI. Hal tersebut terjadi mulai pukul 22.00 WIB sampai 07.30 WIB," tuturnya.
Mantan istri Askara Parasady Harsono itu mencurigai aksi teror berkaitan dengan kedatangannya ke Palembang.
"Saya langsung panik, ada apa ini? Apakah kedatangan saya ke Palembang ini membuat ancaman untuk oknum TNI tersebut gitu," ucapnya.
Nindy telah melaporkan oknum TNI peneror rumahnya itu ke Puspom (Pusat Polisi Militer Tentara Nasional Indonesia).
"Saya mendapatkan perlakuan seperti itu juga saya tidak bisa beribadah, sahur tidak tenang."
"Saya akhirnya melaporkan ke Puspon TNI by phone waktu itu. Akhirnya mereka datang ke rumah situsi udah clear baru (saya) evakuasi," ujarnya.
Ibu dua anak itu mengaku trauma dengan kejadian teror tersebut.
"Peristiwa ini sudah sangat menimbulkan trauma, karena yang dantng itu bukan hanya satu dua orang, tapi betul-betul 30 orang," ungkapnya.
Nindy mengaku telah mengantongi identitas dan bukti aksi teror di hari Minggu itu.
"Saya sudah mendapatkan data-datanya orang itu ketuanya adalah inisalnya HS pangkatnya Letkol (Letnan Kolonel) satuannya infantri."
"Saya punya foto-fotonya, saya punya bukti mereka melakukan kerusakan," pungkas Nindy. (*)
Source | : | Tribunjateng.com,Tribunnewsmaker.com |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Desy Kurniasari |
Komentar