Bahkan ketika sang pemilik kamar mayat menjelaskan soal adanya risiko kesehatan dan lingkungan yang serius apabila jenazahSiva Moodley tak kunjung dikuburkan atau dikremasi.
Sampai pada akhirnya, satu-satunya pilihan yang tersedia bagi pemilik kamar mayat adalah menempuh tindakan hukum terhadap keluarga tersebut.
"Itu masalah perdata. Saya tidak bisa membuat keputusan untuk mengubur atau mengkremasinya sendiri," kata pemilik kamar mayat .
"Persetujuan penguburan harus datang dari keluarganya tetapi mereka tidak mengatakan apa-apa," lanjutnya.
"Dia [Siva Moodley] adalah pria terkenal dan tidak pantas diperlakukan seperti ini. Saya harap pengadilan dapat memberikan keringanan," tambahnya.
Dokumen pengadilan menunjukkan bahwa istri Siva Moodley, Jessie, menjelaskan keengganan keluarganya untuk menyetujui pemakaman lantaran mereka punya kepercayaan bahwa sang pendeta bisa hidup kembali.
Namun, setelah melihat bukti bahwa keluarga tersebut telah dihubungi sebanyak 28 kali serta adanyalaporan dari pihak berwenang setempat tentang bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh jenazah tersebut, Pengadilan Tinggi Gauteng di Johannesburg mengizinkan penguburan atau kremasi terhadap jasad Siva Moodley.
Keputusan pengadilan ditangguhkan selama satu bulan agar dapat disampaikan kepada keluarga dekat Siva Moodley.
Rumah duka mengklarifikasi bahwa mereka tidak ingin melanggar kebebasan beragama siapa pun, tetapi mereka juga harus mematuhi peraturan kesehatan.
Pada 16 Maret 2023, jenazah Siva Moodley akhirnya dimakamkan di Pemakaman Westpark di Johannesburg, di hadapan saudara dan keluarga besarnya.
Istri dan dua anaknya tidak menghadiri upacara tersebut.