Satu perahu, Putri Jaya yang setidaknya memuat sembilan nelayan Indonesia, tenggelam karena dihantam badai. Sementara perahu lainnya, Express 1, selamat dari badai sebelum kandas di Pulau Bedwell. Awak Putri Jaya hingga kini masih belum ditemukan dan dikhawatirkan telah tewas.
Otoritas pencarian dan penyelamatan Indonesia mengatakan kepada ABC bahwa satu orang bertahan selama 30 jam dengan menggunakan jerigen untuk tetap mengapung, sebelum berenang menuju pulau terdekat bersama awak yang lain.
Jika bukan karena pesawat Australian Border Force (ABF) yang melakukan pengawasan terencana beberapa hari kemudian, kisah mereka mungkin tidak akan pernah terungkap.
Pada hari Senin lalu (17/4/2023), petugas ABF di pesawat melihat 11 orang yang terdampar di pulau tak berpenghuni. Mereka kemudian mengalihkan pesawat Otoritas Keselamatan Maritim Australia untuk menyelidiki keberadaan orang-orang tersebut.
Mereka menemukan kamp darurat dan memanggil tim darurat dari PHI Aviation yang, pada Senin sore, telah mengirimkan helikopter dari Broome.
“Fakta bahwa para nelayan bertahan begitu lama adalah "luar biasa,” ujar pakar pencarian dan penyelamatan PHI Aviation, Gordon Watt.
"Ketakutan yang tak terbayangkan adalah apa yang akan mereka alami," katanya kepada ABC.
"Itu pasti sangat sulit bagi mereka karena ini adalah daerah yang sangat terpencil,” ucapnya.
"Seringkali, ketika kami pergi untuk melakukan penyelamatan, hanya ada sedikit orang - hanya satu atau dua orang yang bertahan - dan fakta bahwa mereka berada di sana begitu lama sungguh luar biasa," ujarnya.
Pulau itu terlalu berpasir untuk mendaratkan helikopter dan ketika malam tiba dan jarak pandang sangat terbatas.
"Waktu di siang hari sangat berarti bagi kru selama melakukan penyelamatan, jadi mereka harus beralih menggunakan kacamata penglihatan malam untuk [mendeteksi] gambar apa pun dalam kegelapan,” ujarnya.