Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Nelayan Indonesia Hampir Mati Terdampar 6 Hari di Pulau Antah Berantah Australia Tanpa Air dan Makanan, Terungkap Kronologi Awal Mula Bencana yang Menimpanya

Angriawan Cahyo Pawenang - Kamis, 20 April 2023 | 18:13
Ilustrasi kapal nelayan karam
Pixabay

Ilustrasi kapal nelayan karam

Gridhot.ID - Geger kasus nelayan Indonesia yang terdampar di pulau antah berantah di wilayah Australia dan bertahan hidup tanpa makanan dan minuman.

Memang kasus nelayan Indonesia terdampar ketika melaut beberapa kali terjadi karena cuaca buruk.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, pada tahun 2022 lalu saja ada lima nelayan asal Kepulauan Riau yang terombang-ambing di perairan Malaysia saat sedang melaut.

Mereka terdampar usai kapalnya tenggelam akibat cuaca buruk.

Cuaca memang menjadi musuh utama para pelayan ini.

Kisah terbaru tentang sebelas nelayan Indonesia yang terjebak di pulau Australia ini bahkan cukup mencekam.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, sebelas nelayan Indonesia terdampar di sebuah pulau yang berada ratusan kilometer dari peradaban.

Mereka bertahan selama enam hari tanpa makanan dan air.

Kisah ini merupakan cerita bertahan hidup yang luar biasa.

Para nelayan yang terdampar hampir saja mati jika mereka tidak segera ditemukan oleh awak pesawat Pasukan Perbatasan Australia yang lewat.

Mereka terdampar ketika Topan Tropis Ilsa menghantam wilayah sekitar 300 kilometer sebelah barat Broome. Dua kapal nelayan Indonesia tersangkut di jalur badai tersebut.

Baca Juga: Simak Amalan Doa Saat Mudik, Bisa Dibaca untuk Memohon Perlindungan dari Takdir Buruk Selama Perjalanan

Satu perahu, Putri Jaya yang setidaknya memuat sembilan nelayan Indonesia, tenggelam karena dihantam badai. Sementara perahu lainnya, Express 1, selamat dari badai sebelum kandas di Pulau Bedwell. Awak Putri Jaya hingga kini masih belum ditemukan dan dikhawatirkan telah tewas.

Otoritas pencarian dan penyelamatan Indonesia mengatakan kepada ABC bahwa satu orang bertahan selama 30 jam dengan menggunakan jerigen untuk tetap mengapung, sebelum berenang menuju pulau terdekat bersama awak yang lain.

Jika bukan karena pesawat Australian Border Force (ABF) yang melakukan pengawasan terencana beberapa hari kemudian, kisah mereka mungkin tidak akan pernah terungkap.

Nelayan Indonesia tampak berdiri di sebuah pantai di Pulau Bedwell, 313 km sebelah barat Broome, Australia, hari Senin, 17 April 2023. Sembilan nelayan Indonesia dikhawatirkan hilang dan 11 orang diselamatkan setelah enam hari tanpa makanan atau air di pulau tandus di lepas pantai barat laut Australia setelah topan tropis yang kuat, kata pihak berwenang pada Rabu, 19 April 2023.
Australia Maritime Safety

Nelayan Indonesia tampak berdiri di sebuah pantai di Pulau Bedwell, 313 km sebelah barat Broome, Australia, hari Senin, 17 April 2023. Sembilan nelayan Indonesia dikhawatirkan hilang dan 11 orang diselamatkan setelah enam hari tanpa makanan atau air di pulau tandus di lepas pantai barat laut Australia setelah topan tropis yang kuat, kata pihak berwenang pada Rabu, 19 April 2023.

Pada hari Senin lalu (17/4/2023), petugas ABF di pesawat melihat 11 orang yang terdampar di pulau tak berpenghuni. Mereka kemudian mengalihkan pesawat Otoritas Keselamatan Maritim Australia untuk menyelidiki keberadaan orang-orang tersebut.

Mereka menemukan kamp darurat dan memanggil tim darurat dari PHI Aviation yang, pada Senin sore, telah mengirimkan helikopter dari Broome.

“Fakta bahwa para nelayan bertahan begitu lama adalah "luar biasa,” ujar pakar pencarian dan penyelamatan PHI Aviation, Gordon Watt.

"Ketakutan yang tak terbayangkan adalah apa yang akan mereka alami," katanya kepada ABC.

"Itu pasti sangat sulit bagi mereka karena ini adalah daerah yang sangat terpencil,” ucapnya.

"Seringkali, ketika kami pergi untuk melakukan penyelamatan, hanya ada sedikit orang - hanya satu atau dua orang yang bertahan - dan fakta bahwa mereka berada di sana begitu lama sungguh luar biasa," ujarnya.

Pulau itu terlalu berpasir untuk mendaratkan helikopter dan ketika malam tiba dan jarak pandang sangat terbatas.

"Waktu di siang hari sangat berarti bagi kru selama melakukan penyelamatan, jadi mereka harus beralih menggunakan kacamata penglihatan malam untuk [mendeteksi] gambar apa pun dalam kegelapan,” ujarnya.

Baca Juga: Geger Kabar Suhu Panas Indonesia Disebut Bakal Capai 50 Derajat Celsius, BMKG Buka Suara

"Dengan menggunakan sensor onboard di pesawat, tim dapat mengidentifikasi bahwa para penyintas memberi sinyal bahwa mereka membutuhkan air dan minuman," kata dia.

Setelah diselamatkan dan dikembalikan ke Broome, mereka diperiksa di Rumah Sakit Broome, dengan ABF melaporkan bahwa orang-orang tersebut dalam keadaan sehat, meskipun mengalami masa-masa berat.

Keluarga mereka di kampung halaman di desa kecil Papela dan Daiama di Pulau Rote sangat ingin mendengar kabar mereka.

(*)

Source :Kompas.comKompas TV

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x