"Lama kelamaan kesehatan istri semakin merosot hingga akhirnya meninggal dunia di Hospital Pulau Pinang di sisi saya.
Selepas ketiadaan isteri, saya jadi murung hingga setiap hari menangis cuma tidak tunjuk depan orang lain.
Sebulan juga saya ambil cuti selepas isteri meninggal dunia namun kembali bekerja sebab pikir ada tanggungjawab untuk anak dan pikir ada komitmen banyak benda yang harus bayar," kata Amirul.
Sepeninggal istri, Amirul dibantu mertuanya untuk merawat sang anak.
Pasalnya Amirul harus bekerja di tempat yang jauh dan hanya pulang satu minggu sekali.
"Syukur juga karena keluarga mertua banyak membantu menjaga anak.
Sekurang-kurangnya, saya tak perlu cari pengasuh lain cuma sudah jadi rutin saya pulang ke Sik pada ujung minggu untuk bertemu anak, harus ikhlas," katanya.
Diakui Amirul, Ramadhan tahun ini kondisi anak-anaknya sudah jauh lebih baik.
Pasalnya anak-anak sudah mulai bisa menerima kepergian sang ibu.
"Mula-mula dulu mereka (anak) tak tahu tapi menangis pada hari kematian isteri sampai tak mau lihat wajah ibu mereka.
Raya tahun lalu anak bongsu tanya mana mama hingga saya terdiam karena sedih dan tersentak dengar pertanyaan itu.
Bagaimanapun, saya coba pahamkan mereka dengan beritahu mama mereka ada di syurga.
"Alhamdulillah...mereka sudah faham sekarang," katanya lagi.
Meski pun tak mudah hidup tanpa pasangan, namun Amirul masih enggan mencari pengganti sang istri.
(*)
Source | : | Tribunnews,Tribunnewsmaker.com |
Penulis | : | Akhsan Erido Elezhar |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar