“Pasukan TNI itu dipersiapkan untuk mengevakuasi jika jadi diserahkan (sandera). Mereka anak-anak muda, bukan pasukan tempur, tapi mereka ditembaki begitu saja. Saya marah, saya ikut marah,” katanya.
Susi pun kemudian menanggapi permintaan Phil agar tentara TNI yang bertugas di Papua ditarik.
“Bagaimana meminta TNI ditarik, sementara mereka dibantai, kan tidak mungkin. Pendeta Phil atau Pak Bishop, kan nggk mungkin tho,” ujarnya.
“Ingin komunikasi, ingin negosiasi, tapi dua hari kemudian mereka bantai TNI. Saya tak habis pikir,” lanjut Susi.
Susi dengan marah menegaskan dirinya memang mencari makan di Papua, tapi ia juga banyak membantu masyarakat Papua.
“Saya cuci luka anak-anak, saya sekolahkan anak-anak Papua. Kenapa pesawat saya dibakar, pilot saya diculik. Apa kejahatan saya, sehingga mereka jahati saya seperti ini,” ucapnya.
“Lalu kemudian, tiba-tiba mereka mau negosiasi dengan TNI dan polisi, saya sudah senang. Tapi dua hari kemudian ditembakinya TNI, itu apa. Katanya mau negosiasi, tapi kalian bunuh putra-putra bangsa, saya lebih marah lagi,” tutur Susi.
Saking marahnya, Susi mengaku dirinya sampai menangis karena saking sedih dan kesalnya.
“Kalian tidak adil kepada saya. Saya perempuan sendiri. Saya cari makan untuk menghidupi ratusan ribu orang, kalian aniaya. Saya marah sekali pak Phil,” akunya.
“Saya marah, saya sedih, dan saya menangis,” tambah Susi Pudjiastuti.
(*)