Susi kemudian menjelaskan bahwa dalam sehari maskapainya bisa memberangkatkan 70 hingga 90 penerbangan ke wilayah gunung-gunung di Papua.
Penerbangan itu membawa bahan makanan, obat-obatan, membantu transportasi warga hingga membawa bantuan untuk anak-anak Papua.
"Di semua tempat bisa saya bantu. Saya cuci luka anak anak, saya sekolahkan anak-anak Papua. Kenapa pesawat saya dibakar? Pilot saya diculik. Apa, Apa kejahatan saya sehingga mereka jahati saya seperti ini?" kata Susi Pudjiastuti.
Ia lantas menceritakan, sempat merasa senang setelah pihak KKB menyatakan ingin bernegosiasi dengan TNI dan Polda Papua. Namun, dua hari kemudian ada dua pasukan TNI yang ditembak oleh KKB.
"Itu kan apa? Katanya mau negosiasi tapi kalian bunuh putra-putra bangsa. Saya jadi lebih marah lagi. Mau diambil apa? Sementara orang lain yang cari untung saja di Papua kalian biarkan," ujarnya.
Susi mengatakan, pasukan TNI yang baru-baru ini ditembaki oleh KKB di Papua merupakan pasukan yang dipersiapkan untuk mengevakuasi pilot Philips.
Menurut Susi Pudjiastuti, pasukan tersebut terdiri dari prajurit-prajurit muda.
"Bukan pasukan tempur. Tapi mereka ditembaki begitu saja, ya saya marah. Ikut marah. Anak istri yang ditembaki ini bagaimana, terpikirkan kah oleh Egianus (Kogoya) dan kawan kawan?" kata Susi.
Susi kemudian tak kuasa menahan tangis saat berdialog dengan pendeta Karel Phil Erari.
"Saya bicara dengan bapak, saya nangis karena marah. Tidak adil, kalian tidak adil kepada saya. Saya perempuan sendiri cari makan untuk menghidupi ratusan ribuan orang, kalian aniaya," ujar Susi.
"Marah saya Pak Phil," katanya lagi yang diikuti suara terisak.