Saat kematian Ira, ditemukan sepucuk surat di dekat jenazahnya. Kuat dugaan, surat itu palsu. Surat itu diyakini bukan tulisan tangan Ira.
"Kami ada tulisan asli korban. Dari surat yang ditemukan itu, ditulis si Ira ini benci dengan ayah angkatnya, karena cuma dikasih jajan Rp 100.000 tiap bulan. Kita duga itu bukan tulisan si Ira," kata Oki.
"Kita duga ini skenario dari terduga pelaku. Kalau seandainya dia mau meninggal, enggak mungkin dia curhat," sebutnya.
Oki mengatakan, sampai saat ini surat tersebut masih di tangan keluarga dan belum diserahkan kepada polisi.
"Nanti akan kami serahkan jika memang diperlukan. Tapi sepertinya polisi juga sudah tahu soal itu," ungkapnya.
Sementara, kerabat korban, Muhammad Ridho, mengatakan, surat tersebut sempat langsung diambil oleh ayah angkat korban yang ketika itu ikut masuk melihat jasad korban.
"Sama melihat sekeliling, saya temukan kertas rapi di atasnya pulpen. Saya bilang sama om M ada surat, disenter pakai handphone, lalu dibacanya sepintas. Isi suratnya tentang keluarga," ungkapnya.
Setelah itu, pihak keluarga kandung dan angkat sempat cekcok membahas apakah jenazah diotopsi atau tidak.
"Sempat diskusi soal otopsi, M bilang, 'Sudahlah, memang aku yang salah', katanya gitu," ucapnya.
Setelah jenazah korban dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan, Ridho sempat melihat luka di bagian paha korban sebelum dikafani.
"Saya lihat kondisinya dari arah belakang, di bagian kakinya melepuh. Kepalanya saya enggak melihat," ujar Ridho.