Ia sendiri sejak awal memang ingin menjadi petani cabai, dikarenakan tergiur dengan keuntungan yang didapat saat panen.
"Karena hasilnya lumayan, lalu coba ditekuni hingga sekarang," ucapnya.
Di awal ia menaman, sempat terjadi kegagalan dikarenakan tanaman cabai terendam air saat musim penghujan.
"Yang masa tanam pertama itu sempat tanaman sudah siap panen, tapi karena hujan berhari-hari dan lahan terendam air tanaman dari layu," jelasnya.
Meski sempat merasakan gagal panen akibat tanaman yang rusak, ia tetap mencoba menanam kembali cabai.
Di lahan 2.500 meter persegi atau biasa dibilang sepatok dia tanami dengan 5000 batang cabe, dengan modal awal sekitar Rp5 juta.
"Setelah tanam itu waktu merawat hingga siap panen sekitar 4 bulan, kita rawat tanaman cabai tersebut agar tidak terkena hama," ungkapnya.
Pupuk serta obat jamur rutin dilakukan agar supaya cabai tidak terkena hama dan tidak keriting tanamannya.
Untuk saat ini Mujiana sendiri sudah pernah merasakan harga jual cabai paling tinggi Rp 50 ribu per kilogramnya, itu ia jual di lahan.
"Paling tinggi pernah dibayari Rp50 ribu per kilo, kalau sekarang harganya sekitar Rp30 ribu," kata Mujiana.
Ia berharap agar pada musim panen nantinya bisa dimaksimalkan hasil panennya, hal tersebut agar mendapat keuntungan maksimal dari lahan cabai yang ia kelola.