:grayscale():blur(7):quality(50)/photo/2024/05/05/fotojet-3jpg-20240505044254.jpg)
:grayscale():blur(7):quality(50)/photo/2024/03/18/pexels-ketut-subiyanto-4426461j-20240318041743.jpg)
:grayscale():blur(7):quality(50)/photo/2024/02/12/pexels-hansskuy-3280909jpg-20240212041632.jpg)
:grayscale():blur(7):quality(50)/photo/2023/11/24/pexels-jeandaniel-francoeur-1999-20231124045251.jpg)
"Sejatinya ini adalah gerakan makar NII," ujar dia kepada Tribuncirebon.com seusai kegiatan Silaturahmi Kebangsaan di Ponpes Hidayatuttholibiin di Desa Karanganyar, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Minggu (18/6/2023).
Menurut Ken Setiawan, MUI dan Kemenag sebenarnya sudah mengetahui perihal gerakan tersebut.
Kedua lembaga itu bahkan, disampaikan Ken Setiawan sudah melakukan penelitian yang sejak lama.
Ia pun meminta kepada MUI dan Kemenag untuk membuka hasil penelitian tersebut kepada publik.
Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan di Ponpes Hidayatuttholibiin di Desa Karanganyar, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Minggu (18/6/2023). 
"Sehingga fatwa untuk NII dan Al-Zaytun segera dikeluarkan. Ini sudah sangat membahayakan," ujar dia.
Menurut pria yang pernah menjadi pengurus Ponpes Al-Zaytun tahun 2000-2002 itu, NII di sana mengkolaborasikan ajaran Islam bugis dan kelembagaan kerasulan.
Dari awal terbentuk, lanjut dia, Ponpes setempat memang sudah mengajarkan makar dan kebencian.
Namun, di permukaan, mereka seolah-olah toleran.
Massa dari pihak Ponpes Al Zaytun saat menunggu pendemo datang, Kamis (15/6/2023).
"Dia menggabungkan beberapa agama menjadi satu lalu menggunakan logika akal," ujar dia.
