Dia juga dijuluki Bill Gates-nya Indonesia karena dia juga merupakan sosok yang tidak asing di industri teknologi berkat kerja kerasnya membangun data center di Tanah Air, melalui PT DCI Indonesia Tbk (DCII) untuk menumbuhkan ekonomi digital di Indonesia.
Namun, siapa yang menyangka bahwa kehidupan Toto jauh dari kata mewah.
Toto mengatakan, dirinya tetap mempertahankan idealismenya untuk bersikap sesederhana mungkin.
Dia bercerita, ketika menjadi mahasiswa di Jerman, ia sering bertukar pikiran dengan temannya mengenai tujuan dari hidup.
Dia menilai banyak manusia mencari ketenangan jiwa, di mana hal itu tentunya tidak bisa dinilai dengan uang.
Toto juga menekankan pentingnya untuk mengelola keuangan dengan benar.
Hal ini merupakan modal yang amat penting dalam hidup, termasuk ketika berkeluarga.
Dia bilang, satu hal yang penting adalah tidak menggunakan pinjaman untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Hal tersebut ia tanamkan kepada para pekerjanya, yang saat ini mayoritas dalam usia milenial.
Maka dari itu, penting untuk menyesuaikan gaya hidup dengan pemasukan yang dimiliki. "(Untuk anak muda) jangan sampai kalian tergantung dari pinjaman untuk hidup," kata dia.
"Saya enggak akan memberi pinjaman (kepada karyawan) untuk beli mobil. Tapi saya ngerti kalau meminjam untuk beli rumah, karena rumah lebih ke investasi, sementara mobil itu jadi pengeluaran. Kan lebih baik beli rumah daripada sewa," lanjutnya.
Saat di Jerman, Toto juga mencoba banyak profesi untuk mencukupi kebutuhannya.
Satu prinsip yang ia pegang adalah tidak meminta-minta, termasuk kepada ayahnya yang kala itu berprofesi sebagai bankir.
"Yang penting tidak mencuri uang orang lain, dan tidak meminta-minta. Kalau saya enggak punya uang, saya jadi sopir taksi saat weekend," ujarnya.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Tangerang |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar