Keterikatan kerupuk dengan masyarakat kaum bawah di masa peperangan tak dapat dipungkiri lagi.
Meski saat ini mengonsumsi kerupuk adalah hal yang biasa, tetapi tidak dengan masa peperangan era 1930-an hingga 1940-an.
Keberadaan kerupuk masa itu juga sebagai penyelamat sekaligus simbol keprihatinan.
Dilansir dari Kompas.com, 14 Agustus 2021, perang dan kebijakan tanam paksa membuat masyarakat harus memanfaatkan kerupuk sebagai satu-satunya lauk.
Masa itu, masyarakat hanya memiliki tepung singkong sebagai bahan pangan yang terjangkau.
Mereka pun mengolahnya, mencetak, menjemur, dan menggorengnya hingga menjadi kerupuk untuk dikonsumsi sebagai lauk pendamping nasi.
(*)
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar