Gridhot.ID - Indonesia akan selalu memperingati hari kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus.
Selain merayakan dengan melaksanakan upacara di beberapa instansi, para rakyat juga mengadakan berbagai pesta dan perlombaan untuk memeriahkan suasana.
Dikutip Gridhot dari Tribunnews, perlombaan 17 Agustus biasanya akan diisi dengan berbagai lomba unik.
Mulai dari lomba panjat pinang hingga makan kerupuk yang digantung menjadi agenda utama dalam pelaksanaan hari ulang tahun kemerdekaan Tanah Air.
Salah satu yang paling populer adalah lomba makan krupuk yang selalu ada di hampir tiap sudut Indonesia saat merayakan hari kemerdekaan.
Dikutip Gridhot.ID dari Kompas.com, 16 Agustus 2021, "ritual" perayaan HUT RI dengan berbagai macam perlombaan muncul pertama kali pada tahun 1950-an.
Tujuan pengadaan lomba ini guna menghibur rakyat Indonesia yang lelah usai masa peperangan.
Pasalnya kala itu, meski sudah merdeka, kondisi negara yang belum kondusif menyebabkan rakyat masih harus mengangkat senjata untuk mempertahankan kemerdekaan RI.
Inilah mengapa rakyat Indonesia hampir tak punya waktu untuk merayakan dan menyemarakkan HUT RI.
Hingga pada 1950-an, saat kondisi politik dan keamanan negara mulai kondusif, digelarlah perlombaan dan acara meriah lain sebagai wujud syukur atas kemerdekaan yang sudah digenggam.
Adapun lomba makan kerupuk, bertujuan untuk mengingatkan kembali masyarakat akan kondisi memprihatinkan saat masa peperangan.
Di mana di masa itu, kerupuk sempat menjadi lauk utama masyarakat kaum menengah ke bawah.
Kerupuk makanan kaum strata bawah
Masyarakat Indonesia sudah mengenal kerupuk sejak lama.
Bahkan, dilansir dari laman Indonesiabaik.id, nama kerupuk sudah disebutkan dalam naskah Jawa kuno sebelum abad ke-10 Masehi.
Kerupuk adalah makanan pelengkap andalan masyarakat Indonesia, khususnya pada era 1930-an sampai 1940-an.
Pada masa itu, krisis ekonomi tengah menghantui Indonesia.
Harga kebutuhan pun melonjak tinggi, dan tak bisa dijangkau oleh kelompok masyarakat menengah ke bawah.
Kala itu, kerupuk menjadi makanan terjangkau yang biasa dikonsumsi masyarakat strata sosial dan ekonomi bawah.
Kerupuk identik sebagai makanan rakyat kecil di masa peperangan, membantu rakyat mengusir rasa lapar yang mendera.
Tak ada pilihan lain, di masa krisis ekonomi, masyarakat menengah ke bawah pun kembali mengonsumsi kerupuk yang harganya terjangkau agar bisa tetap bertahan hidup.
Kerupuk sebagai simbol keprihatinan
Keterikatan kerupuk dengan masyarakat kaum bawah di masa peperangan tak dapat dipungkiri lagi.
Meski saat ini mengonsumsi kerupuk adalah hal yang biasa, tetapi tidak dengan masa peperangan era 1930-an hingga 1940-an.
Keberadaan kerupuk masa itu juga sebagai penyelamat sekaligus simbol keprihatinan.
Dilansir dari Kompas.com, 14 Agustus 2021, perang dan kebijakan tanam paksa membuat masyarakat harus memanfaatkan kerupuk sebagai satu-satunya lauk.
Masa itu, masyarakat hanya memiliki tepung singkong sebagai bahan pangan yang terjangkau.
Mereka pun mengolahnya, mencetak, menjemur, dan menggorengnya hingga menjadi kerupuk untuk dikonsumsi sebagai lauk pendamping nasi.
(*)
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar