Penggemar Tina Turner tersebar di seluruh dunia, bahkan beberapa selebriti seperti Mick Jagger, Beyoncé hingga Mariah Carey pun mengidolakannya.
Pada masanya, dia adalah salah satu penghibur paling populer di dunia.
Namun keberhasilannya di dunia industri hiburan tidak berbanding lurus dengan kebahagiaan rumah tangga.
Ike mulai memukulnya tidak lama setelah mereka bertemu, pada pertengahan 1950-an, dan semakin lama kekerasan yang diterima Tina semakin ganas.
Kemarahan Ike bisa diprovokasi oleh apa saja dan siapa saja.
Ike pernah menyiramkan kopi panas ke wajah Tina, mencekiknya, atau memukulinya sampai matanya bengkak, lalu melakukan rudapaksa terhadapnya.
Seperti dikutip dari Associated Press, dalam satu kesempatan, rahang Tina pernah dipatahkan oleh Ike sesaat sebelum dia memulai sebuah petunjukan.
Tina pun naik ke atas panggung dengan mulut penuh darah.
Tina kemudian memeluk agama Buddha pada pertengahan 1970-an.
Dengan keyakinan barunya itu, dia merasa memiliki kekuatan dan harga diri untuk meninggalkan suaminya pada awal Juli 1976.
“Saya memandangnya (Ike) dan berpikir, 'Kamu baru saja memukuli saya untuk terakhir kalinya, dasar bodoh,'” kenangnya dalam memoarnya.
Turner adalah salah satu selebritas pertama yang berbicara terus terang tentang kekerasan dalam rumah tangga.
Dia menjadi pahlawan wanita yang dipukuli dan simbol ketahanan bagi semua orang.
Ike Turner tidak menyangkal menganiayanya, meskipun dia mencoba menyalahkan Tina atas masalah mereka.
Ketika Ike meninggal, pada tahun 2007, perwakilan mantan istrinya hanya mengatakan, "Tina mengetahui bahwa Ike telah meninggal."
Penggemar Ike dan Tina hanya tahu sedikit tentang kekerasan rumah tangga yang dialami Tina selama masa jaya pasangan itu.
Kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya baru diketahui kemudian, terutama setelah Tina membukanya dalam sebuah memoir.(*)
Source | : | Tribunbatam.id,Tribuntoraja.com |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Desy Kurniasari |
Komentar