Jika sedang sakit selalu mengatakan baik-baik saja.
"Bapak orangnya semangat, selalu nyemangati anak dan cucunya. Saya bangga punya bapak maestro yang mau menurunkan ilmunya kepada seniman lain tanpa tanda jasa," kata Mahadewi tanpa bisa menahan air matanya.
Dikutip Gridhot dari Tribun Bali di artikel yang berbeda, sang anak membogkar kronologi ayahnya meninggal dunia.
"Tadi pagi saya pamit kerja, tapi tidak dikasi. Tidak seperti biasanya, bapak minta dimandiin. Saya mandiin," kata anak keempat Ketut Suwentra atau Pekak Jegog, Ketut Ayu Mahadewi saat ditemui Tribun Bali, Kamis (10/5/2018) sore.
Ketika dimandikan, sang ayah berbicara dalam bahasa jepang hatsui.
"Hatsui, hatsui yang artinya panas dalam bahasa Jepang," lanjut Mahadewi sambil menahan kesedihannya.
Setelah selesai memandikan sang ayah, dirinya berangkat kerja.
Karena merasa tidak enak dengan kondisi sang ayah, ia pun kembali ke RSUP Sanglah pukul 11.00 Wita.
Bahkan saat detik-detik terakhir, ia melihat hembus nafas sang ayah yang semakin pelan.
"Saya lihat sendiri sebelum meninggal. Badannya dingin," imbuhnya.
Sementara tentang asal-usul panggilannya Pekak Jegog, diungkapkan oleh anak ketiganya, I Komang Wisnu Wardana.