"Ngapain keluar negeri buat berobat, walapun saya banyak uang saya tetap mau disini karena ya memang disini banyak yang nemeninlah. Kalau disana siapa yang nemenin dan nengokin? Lagipula disini sudah canggih ngapain ke luar negeri,"jelas Ramli.
Ia memutuskan untuk tidak berhenti berkarya, dan terus menggelar rancangannya, yang dikenal banyak mengolah bordir dan batik.
"Aku harus bangkit dan memanfaatkan waktu yang kupunya dengan sebaik-baiknya. Aku harus tetap maju dan berkarya, kreativitasku menolak untuk dikalahkan oleh penyakit kanker yang ada di tubuhku. Aku juga memikirkan orang yang bekerja di belakangku, aku harus bertanggung jawab, mereka harus tetap bekerja," ungkapnya, menjelang peragaan "Terima Kasihku untuk Sahabat" yang menandai 36 tahun ia berkarya, pada 23 November 2011 lalu.
Ramli membuktikan tekadnya. Semenjak vonis tersebut diberikan, ia masih mengadakan berbagai peragaan.
Antara lain pergelaran busana untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri dalam program Ramadhan Rhapsody di Grand Indonesia, Jakarta (2011), peragaan busana dalam event Bazaar Wedding Exhibition di Ballroom The Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta ( April 2012), dan terakhir pergelaran "37 Tahun Ramli Berkarya" di Grand Ballroom Hotel Indonesia Kempinski (November 2012).
Sehari sebelum pergelaran terakhirnya, Ramli masih menjala5ni berbagai pemeriksaan.
Ia masih bisa mengangkat telepon dari para sahabatnya, meski sudah duduk di atas kursi roda.
Saat itu dokter memasang ring di lever Ramli, sehingga cairan dari empedu bisa dialirkan.
Setiap kali melangkahkan kaki, katanya, perutnya sakit seperti diiris.
”Doain ya, doain ini bukan pergelaran terakhirku. Aku masih pengin berkarya terus. Aku takut...,” katanya, seperti dikutip KOMPAS.
Mien Uno, pakar etiket yang juga sahabat dekat Ramli, menemani Ramli di rumah sakit setiap hari.