Cara terbaiknya adalah memastikan langsung kepada yang bersangkutan untuk mengetahui bagaimana mereka ingin diidentifikasi dan terminologi apa yang harus dipakai.
Identitas Non-biner
Penelitian yang dilakukan oleh Sari L Reisner dan Jaclyn M W Hughto pada tahun 2019 seperti yang dipublikasikan dalam PloS One, menyatakan bahwa konsep gender netral ini bermulai pada gagasan bahwa identitas gender berada dalam sebuah spektrum, bukan sebagai oposisi biner, sehingga orang dapat mengidentifikasikan diri mereka di dalam, atau bahkan di luar spektrum ini.
Seseorang yang memiliki identitas non-biner mungkin merasa bahwa identitas dan pengalaman gendernya telah mencakup aspek dari laki-laki atau perempuan.
Faktanya banyak orang tidak sepenuhnya memahami apa yang dimaksud dengan identitas non-biner. Hal ini didukung oleh sebuah survei yang dilakukan oleh Sandy E James, Jody L Herman, Susan Rankin, Mara Keisling, Lisa Mottet, dan Ma’ayan Anafi pada tahun 2015.
Survei tersebut menunjukan bahwa 86% responder non-biner tidak mengoreksi orang yang salah mengartikan mereka karena terlalu banyak orang yang tidak mengerti sehingga mereka tidak mencoba menjelaskannya.
Beberapa penelitian juga mulai membahas konsep identitas non-biner secara rinci, termasuk dalam konteks sosial politik.
Namun beberapa ulasan masih perlu diadakan lebih banyak penelitian di lapangan, terutama mengenai ketidakadilan dalam dukungan kesehatan fisik dan mental.
Identitas Biner
Jika gender netral menggambarkan dirinya tanpa mengindentifikasikannya sebagai dua gender (laki-laki atau perempuan), sebaliknya orang yang memiliki identitas biner mengidentifikasikan dirinya sesuai dengan jenis kelamin saat lahir.
Dokter menentukan jenis kelamin yang diberikan saat lahir dengan menilai faktor fisik bayi, seperti anatomi organ reproduksi eksternal, dan menentukan apakah mereka termasuk dalam kategori pria atau wanita. Hal ini juga dikenal sebagai biner jenis kelamin.