Jung Jawa memiliki empat tiang layar dengan tiang-tiang itu terbuat dari papan berlapis empat serta mampu menahan tembakan meriam kapal-kapal Portugis.
Bobot Jung rata-rata sekitar 600 ton, melebihi kapal perang Portugis.
Jung terbesar dari Kerajaan Demak bobotnya mencapai 1000 ton yang digunakan sebagai pengangkut pasukan Jawa untuk menyerang armada Portugis di Malaka pada 1513.
Bisa dikatakan, kapal Jung jawa ini disandingkan dengan kapal induk di era modern seperti sekarang ini.
Pelaut Portugis Tom Pires dalam Summa Orientel (1515) menulis, "Anunciada (kapal Portugis yang terbesar yang berada di Malaka pada tahun 1511) sama sekali tidak menyerupai sebuah kapal bila disandingkan dengan Jung Jawa."
Buku Hikayat Raja-Raja Pasai menyebutkan, jumlah terbesar Jung yang dikerahkan dalam sebuah ekspedisi adalah sekitar 400 Jung yang disertai dengan malangbang dan kelulus yang tak terhitung banyaknya, yakni ketika Majapahit menyerang Pasai.
Ekspedisi militer terbesar kedua, invasi Singapura pada 1398, Majapahit mengerahkan 300 Jung dengan tidak kurang dari 200.000 orang (lebih dari 600 orang di setiap Jung).
Selain itu, gambaran tentang Jung Jawa secara spesifik dilaporkan oleh Alfonso de Albuquerque.
Dia merupakan armada Portugis yang menduduki Malaka pada 1511.
Orang Portugis mengenali Jawa sebagai asal-usul jung-jung terbesar.
Kapal jenis ini digunakan angkatan laut kerajaan Jawa (Demak) untuk menyerang armada Portugis.