Selama tinggal di sana, kata dia, adiknya telah mengalami lima peperangan besar antara Palestina dan Israel.
Sebagai kakak, perasaannya pun tak keruan setiap perang meletus.
Arrinya tak tenang karena merasa tidak ada tempat yang aman untuk Husein dan keluarganya di Gaza meskipun ia tahu adiknya bercita-cita menjadi syuhada di Palestina.
"Dari perang pertama yang beliau lalui pun kita sudah mempersiapkan lahir batin. Walaupun kita sebenarnya sedih," kata Istiqomah.
"Dan untuk (perang) yang terakhir ini kita tetap berharap beliau bisa pulang dulu ketemu sama kita. Kita sih berharapnya juga tetap syahid, tapi kan nggak sekarang juga bisa tetap syahid di lain waktu," ucap dia.
Baginya, adiknya mempertaruhkan nyawanya pada setiap detik dan helaan napas ketika berada di Gaza.
Namun, dia mengaku hatinya akan sedikit lega ketika Husein mengatakan dalam kondisi sehat.
"Sebenarnya di sana nggak ada lokasi aman, nggak ada kondisi aman sama sekali.
Jadi per detiknya, per helaan napasnya itu benar-benar taruhannya nyawa.
Jadi nggak ada istilah aman sama sekali.
Cuma sampai saat ini ketika dia bilang alhamdulillah sehat itu sudah lumayan agak melegakan kami," papar dia.