Gridhot.ID - Innalillahi wa innailaihi rojiun, seorang mahasiswi dari Universitas Jember (Unej) dilaporkan meninggal dunia di tengah proses diklat.
Diutip Gridhot dari Tribun Mataraman, seorang mahasiswi Unej bernama Nadhifa Naya Damayanti diketahui sedang melakukan pendidikan pelatihan atau Diklat dari Pecinta Alam di Fakultas Teknik.
Naya menempun Pendidikan Kilat Dasar Mahasiswi Divisi Pecinta Alam pada 8 November 2023.
Korban bersama para panitia diklat dan teman-teman lainnya diketahui melakuan Diklasar di Gunung Argopuro.
Namun korban tiba-tiba dilaporkan harus dievakuasi di tengah situasi Diklat akibat kondisinya yang kian memburuk.
Sayangnya, korban baru tidak langsung dievakuasi.
Saat sudah dibawa menuju ke RSD dr Soebandi Jember, korban diketahui dinyatakan meninggal dunia di perjalanan.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, panitia diklat UKM Mahasiswa Divisi Pecinta Alam (Mahadipa) Fakultas Teknik Universitas Jember (Unej), Jawa Timur, angkat bicara terkait dengan tewasnya peserta bernama Nadhifa Naya Damayanti (18) pada Sabtu (11/11/2023). Diklat itu berlangsung di lereng Gunung Argopuro.
Ketua UKM Mahadipa, Alung Kiromul Risqi menjelaskan, sebelum kegiatan diklat berlangsung, panitia sudah mewajibkan beberapa syarat bagi para peserta.
“Seperti yang pertama kami mendata penyakit bawaan yang mungkin diderita oleh peserta sendiri,” kata dia saat konferensi pers di Fakultas Teknik Unej, Senin (13/11/2023).
Seperti penyakit yang pernah dan sedang dialami, atau penyakit yang berisiko kambuh.
Namun, lanjut dia, korban tidak mencantumkan penyakit apa pun yang diderita. Bahkan, sehari sebelum pelaksanaan, panitia juga mewajibkan peserta untuk memberikan surat keterangan sehat.
Dia menjelaskan, kesehatan korban mengalami dua kali drop dalam kegiatan itu.
Pertama, pada siang hari karena terik matahari dan tanjakan yang tinggi.
Saat itu, panitia membantu memberikan pertolongan pertama sehingga kondisi korban membaik sekitar pukul 22.00 WIB.
“Kemudian pada malam hari kondisi korban drop kembali,” ucap dia.
Saat itu, kata dia, pihaknya sudah menghubungi tim Basarnas sekitar pukul 18.00 WIB. Namun, pihak panitia mengaku mengalami kendala komunikasi karena susahnya sinyal.
“Posisi drop-nya peserta benar-benar di atas perbukitan, jadi kalau kita memaksakan adanya evakuasi di waktu malam hari, ditakutkan nanti ada kecelakaan yang lebih,” ungkap dia.
Sebab, medan menuju lokasi sangat curam dan hanya bisa dilewati oleh satu orang. Ketika pihaknya mengevakuasi korban dengan tandu, tidak bisa berjalan dengan normal.
“Makanya kita memilih untuk memberikan pertolongan pertama terlebih dahulu,” kata dia.
Pertolongan pertama yang dimaksud adalah dengan membuat tempat berlindung dan menyalakan api agar tubuh hangat dan memberikan sereal.
Setelah itu, sekitar pukul 01.00 WIB, korban kembali drop. Napas korban mulai menipis dan denyut nadinya mulai melemah. Saat itulah, panitia kembali menghubungi Basarnas untuk evakuasi.
Setelah berhasil dievakuasi dan dibawa ke RSUD dr Soebandi, korban dinyatakan meninggal dunia.
(*)