“Pada saat pemeriksaan, bayinya juga alhamdulillah sehat walaupun dengan berat badan lahir rendah,” lanjut dia.
Bahkan Andi sempat melakukan konsultasi kepada pihak dokter yang berada di salah satu rumah sakit.
“Walaupun berat badan rendah, ini bayinya kategorinya sehat, alhamdulillah. Bersyukur kami bisa menolong dengan sehat dan selamat,” papar Andi.
“Itu posisinya, bayinya meninggal bukan di (klinik) kami, melainkan di rumah pasien 12 jam setelah dilahirkan,” lanjut dia.
Andi juga mengeklaim bahwa pada saat pulang dari Klinik Alifa, bayi tersebut dinyatakan sehat.
“Nah, setelah 12 jam di rumah, itu bayinya ternyata meninggal dan kami tidak tahu kejadian di rumah seperti apa. Apakah ada kendala? Apakah ada permasalahan di rumah? Kami tidak tahu,” ucap Andi.
Andi menyebut pada malam harinya setelah pulang dari Klinik Alifa, sang bayi sudah dalam meninggal dunia saat dibawa kembali ke klinik.
“Karena kejadiannya di rumah, maka kami tidak tahu meninggalnya itu faktor karena apa. Soalnya, untuk membuktikan (faktor) itu, mungkin butuh autopsi,” ucapnya.
Terkait dugaan pelayanan yang buruk, Andi mengaku bahwa pihaknya telah menjalankan SOP yang ada.
“Sebetulnya, untuk pelayanan, kami ada SOP-nya. Terkait kapan kami merujuk, kapan kami harus memeriksa, kapan kami harus memberikan tindakan yang sesuai semestinya,” kata Andi.
“Salah satu SOP-nya mungkin koordinasi di kala ada kendala di klinik. Ini bayi misalnya ada kendala, dikoordinasikan dengan pihak rumah sakit atau dokter penanggung jawab. Alhamdulillah koordinasi terkait itu sudah ada, sudah jalan, dan dilakukan dengan baik.”
Andi juga mengatakan, bayi tersebut tidak termasuk kategori prematur meski berat badannya sekira 1,7 kilogram.
“Tapi BBLR (berat badan lahir rendah) karena dari segi usia kelahiran itu sembilan bulan. Tapi dari segi berat badan, itu kurang,” ucapnya.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Jabar |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar