Selain itu, tangannya juga mengalami luka bakar karena kondisi tanah yang panas. Ia sesekali meletakan tangannya ke lumut untuk mendinginkannya.
Ridho mengatakan, saat berusaha turun, ia sedang bersama Adit dan Arbi.
"Kami bertiga waktu berusaha turun, karena Adit yang kondisinya masih bisa berjalan, jadi saya menyuruhnya untuk duluan turun dan mencari bantuan. Kalau Arbi kondisinya saat itu sudah parah," katanya.
Karena takut, ia bersama Arbi memberanikan diri untuk terus melanjutkan perjalanan dengan cara ngesot dan sesekali menggulingkan badannya karena sulit berjalan.
"Kami terus mencoba turun ke bawah dengan cara ngesot dan sesekali menggulingkan badan," katanya.
Selanjutnya ia bersama Arbi menemukan sebuah pondok yang letaknya tidak jauh dari tempat biasa pendaki mendirikan tenda.
"Jadi kami masuk kedalam pondok lalu sembunyi dibawah meja,"jelasnya.
Saat berada di pondok, ia berteriak dan didengar oleh pendaki lainnya yang masih selamat.
"Jadi kami difotonya dan diteleponnya orang dibawah untuk mengabarkan ada korban diatas. 'Abang tunggu disini ya, nanti kami ke atas lagi' kata orang itu," jelas Ridho.
"Kemudian diambilkannya dua buah sleeping bag dan beberapa makanan serta minuman bagi kami," sambungnya.
Menurut Ridho, ia bersama temannya baru mulai dievakuasi dari dalam pondok sekitar pukul 12.00 WIB malam dan sampai di rumah sakit sekitar pukul 21.00 WIB.
"Lama turun karena erupsi masih terjadi saat proses, jadi tim mencari-cari momen juga untuk jalan," katanya.