Gridhot.ID - Kebakaran yang terjadi akibat ledakan tungku smelter PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) menyebabkan korban luka dan tewas.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, dilaporkan ada total 13 orang yang tewas akibat kejadian ledakan tersebut.
Sementara 46 lainnya luka-luka dan sedang menjalani perawatan.
Sembilan pekerja yang tewas merupakan asal Indonesia sementara empa lainnya berasal dari China.
Berdasarkan laporan, kebakaran terjadi akibat adanya ledakan tungku di salah satu pengolahan nikel yang beroperasi di Kawasan IMIP Morowali, Sulawesi Tengah.
Tungku tersebut asalnya sedang dalam perbaikan.
Namun pada pukul 05.30 WITA malah terjadi ledakan hebat.
“Keras sekali ledakannya, kami dengar cuman tidak berani mendekat karena sudah ada larangan perusahaan,” aku salah satu pekerja PT ITSS yang tidak mau disebutkan namanya kepada wartawan M Taufan.
Para korban kini sudah dievakuasi oleh pihak-pihak berwenang di tempat tersebut.
Dikutip Gridhot dari Tribun Timur, satu di antaranya adalah pekerja asal Desa Buntu Pema, Kecamatan Curio, Kabupaten Enrekang, Sulsel.
Namanya adalah Sulfikar Basir.
Pria kelahiran 30 September 1998 ini diketahui merupakan lulusan Universitas Negeri Makassar (UNM).
Idrus (nama samaran) sahabat mendiang, mengisahkan peristiwa tragedi yang merenggut nyawa Sulfikar Basir.
Kepada Tribun-Timur.com, Idrus mengaku sangat berduka cita atas kepergian yang tidak terduga ini.
Dengan nada bicara yang sedih, Idrus juga pekerja di PT ITSS Morowali, mengaku bahwa sebelum peristiwa, dia dan Sulfikar Basir bersamaan berangkat kerja.
"Saya dan almarhum sama-sama bekerja di PT ITSS Morowa. Beliau baru bekerja selama 3 bulan 10 hari," kata Idrus.
"Pagi-pagi sekali saya gandeng beliau, sekitar jam lima (pagi) lewat. Saya yang antar langsung ke tempat kerjanya," tambahnya.
Lebih lanjut, Idrus mengaku sangat terpukul akan peristiwa yang merenggut 13 pekerja.
Dikisahkan Idrus, almarhum adalah sosok yang penuh dedikasi dalam lingkup pekerjaannya.
Sulfikar dikenal sebagai individu yang memiliki semangat kerja tinggi dan berkomitmen terhadap tugasnya di smelter ITSS.
Idrus menggambarkan almarhum sebagai pekerja keras yang selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam setiap tugas yang diembannya.
Sehingga, kepergian Sulfikar meninggalkan kekosongan besar di antara kolega-kolega dan di hati keluarganya.
(*)