Total itu termasuk biaya Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan tes lainnya sebelum operasi.
"Biaya habis berapa? Rp 300 juta ada?" tanya Maia.
"Enggak ada, di bawah Rp 50 juta," jawab Putri.
Jawaban Putri membuat Maia yang pernah menjalani operasi batu empedu merasa heran.
"Mahal juga kayaknya (operasi) empedu dulu ya," kata Maia seolah sedang berbicara pada dirinya sendiri.
"Makanya ke rumah sakit pemerintah," ucap Putri.
Putri menjelaskan meskipun murah, tapi kualitas di rumah sakit pemerintah tak kalah modern.
"Pokoknya rumah sakit pemerintah itu memang alatnya paling bagus, yang terbaru, jadi jangan underestimate mereka," tutur Putri.
"Walaupun orang-orangnya memang banyak yang harus dididik ulang untuk human resourcesnya, tapi untuk alatnya sih aku bilang bagus," lanjutnya.
Selain itu, Putri mengaku sering pusing saat bangun dari duduk sebelum mengetahui ada tumor di dinding rahimnya.
Putri mengaku, meski tumor sudah diangkat, ia tetap harus menjalani pola hidup sehat.
"Meskipun jinak, tapi tetap harus di tes patologi anatomi. Kamarin dokter bilang meskipun sudah dibersihkan semua, tidak menutup kemungkinan masih bisa muncul meskipun hanya 2 persen. Untuk menjaga kondisinya, paling harus sering kontrol per 3 bulan dipantau," ujarnya.
(*)
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Candra Mega Sari |
Editor | : | Candra Mega Sari |
Komentar