GridHot.ID - Baru-baru ini tengah ramai diperbincangkan terkait adanya sekte pengabdi setan di Malang, Jawa Timur.
Konon sekte aliran sesat ini beroperasi secara diam-diam dan mengambil tumbal nyawa dengan cara yang mengerikan.
Salah satu korban aliran sesat ini bernama Siska muncul memberikan pengakuan.
Dikutip Gridhot.id dari TribunTrends, lewat kanal YouTube Lonceng Mystery, Siska mengaku pernah jadi korban tumbal aliran sesat tersebut.
Dalam pengakuannya di dalam video, kejadian itu terjadi di tahun 2014, di mana ia masih menjadi mahasiswa.
Konten yang diunggah di Youtube tersebut pun kini jadi perhatian Polresta Malang Kota.
Satreskrim Polresta Malang Kota pun melakukan penyelidikan terkait konten tersebut.
Satreskrim Polresta Malang Kota telah melakukan digital forensik terkait video dari akun YouTube Lonceng Mystery, yang membahas tentang adanya sekte pengabdi setan di Kota Malang.
Hal tersebut diungkapkan langsung Kasat Reskrim Polresta Malang Kota, Kompol Danang Yudanto.
"Memang betul terdapat video unggahan YouTube, dari salah satu akun kolaborasi dengan salah satu Youtuber juga."
"Menyampaikan, bahwa ada sekte penyembah setan di Kota Malang," jelasnya kepada SURYAMALANG.COM, Kamis (18/1/2024).
Sebagai informasi, di dalam konten video tersebut ada berupa wawancara antara pembawa acara bernama Gilang dengan seorang perempuan bernama Siska.
Dan perempuan tersebut mengaku sebagai korban dari sekte pengabdi setan di Kota Malang.
Untuk mendalami kebenaran informasi adanya sekte pengabdi setan, maka Satreskrim Polresta Malang Kota akan memanggil kedua orang yang ada di dalam konten video tersebut.
"Rencananya dalam minggu ini. Kami sudah komunikasi dengan yang bersangkutan."
"Hal ini untuk memastikan, apa yang disampaikan dalam konten adalah hal yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan," terangnya.
Pria yang akrab disapa Danang ini menuturkan, bahwa apa yang sudah menjadi konsumsi publik harus bisa dibuktikan kebenarannya.
"Ketika seseorang menyatakan sesuatu dalil, maka dia harus membuktikan dalil tersebut."
"Apalagi sifatnya konsumsi publik dan menimbulkan kegaduhan dan menimbulkan rasa resah terhadap masyarakat," jelasnya
Apabila di dalam pemeriksaan, peristiwa yang dialami oleh Siska terkait sekte pemuja setan di Kota Malang benar adanya.
Maka, Satreskrim Polresta Malang Kota bisa meningkatkan statusnya dari penyelidikan ke tahap penyidikan.
"Apabila ditemukan adanya tindak pidana, maka akan kami lakukan gelar perkara. Sehingga, prosesnya bisa naik," pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, beredar kabar adanya dugaan sekte pengabdi setan di Kota Malang.
Dalam pengakuannya di dalam video, kejadian itu terjadi di tahun 2014, di mana masih menjadi mahasiswa. Dia pun ingin menambah penghasilan sendiri di luar jam kuliah.
Kemudian Siska ditawari oleh teman inisial S untuk menjadi tutor di salah satu yayasan pembelajaran atau bimbingan belajar.
Awalnya Siska mengaku mengajar seperti biasa selayaknya tutor bimbel dan mengajar 1-2 bulan itu tidak terjadi apa-apa.
Namun Ia mulai mengalami keanehan karena tidak pernah bertemu dengan ketua yayasan bimbel tersebut.
Siska pun mengaku semakin curiga lantaran bayaran menjadi tutor dinilainya lebih besar dibanding bimbel lainnya.
Jika biasanya bayaran bimbel kala itu Rp 30 ribu per jam, namun ia mengklaim mendapatkan uang Rp 500 ribu sampai Rp 600 ribu per minggu.
Setelah 4 bulan menjadi tutor, Siska diundang untuk datang ke seminar pada jam 23.00 WIB, di salah satu hotel Kota Malang.
Tak sendiri, Siska mengatakan jika dari bimbel tersebut yang diundang ada 4 orang. Yakni Siska, inisial S (yang mengajak menjadi tutor), inisial A dan inisial T.
"Kita datang ke hotelnya udah ngrasa ini kayaknya bukan seminar deh. Seminar gak kayak gini. Waktu di gerbang sampai pintu masuk, itu lilin sudah berjajar."
"Kita masuk di salah satu aula yang didekorasi gelap. Aku langsung mikir ini sekte-sekte pemujaan. Meja disusun rapi. Yang datang pakai jas hitam semua," ungkapnya di dalam video.
Siska pun mengatakan jika ketua yayasan bimbelnya itu perempuan sudah berada di aula tersebut, dengan mengenakan jas hitam.
Dia pun merasa aneh karena di dalam ruangan seminar tidak ada yang mengobrol, hening dan sepi.
Saat berada di aula, Siska menyebut jika ada seorang pria memakai topeng berwarna hitam naik ke atas panggung.
Siska pun memberanikan bertanya kepada ketua yayasan bimbelnya, namun hanya direspon dengan menoleh, dan tanpa bercerita apapun.
"Semakin takutlah aku. Mulai jam 11 juga. Lalu pria yang naik panggung berbicara soal jaringan jika yang di kabupaten berkumpul di sini, yang di kota berkumpul di titik sebelah ini."
"Aku ga paham apa yang dibicarakan. Akhirnya kami berempat bilang untuk meminta pulang," ungkapnya.
Saat pamit, ketua yayasan bimbel tersebut hanya mengangguk dan tidak mengeluarkan sepatah katapun kepada Siska.
Akhirnya, mereka berempat lari dan sekitar 100 orang yang berada di aula itu pun melihat ke arah Siska.
Dilansir dari SuryaMalang, setelah pulang dari seminar itu, Siska mengaku mendapatkan beragam kejadian aneh.
Pertama, teman Siska yang menginap di rumah dihantui pocong. Kedua, ibu Siska melihat Siska di kamar padahal sedang keluar.
"Ketiga, di pagi hari aku nganterin ibu ke pasar. Pulangnya saat nyetir sepeda, ada yang mendorong aku dari belakang. Aku jatuh, ibuku terpental ke kanan."
"Aku jatuh telungkup ke aspal. Di belakangku sudah ada bus. Bus ngerem mendadak."
"Posisi kepala dan ban bus hanya sejengkal. Aku pingsan. Helmku pecah jadi dua dan motor hancur," akunya.
Tak terima dengan beragam keanehan, Siska pun datang berkunjung ke rumah ketua yayasan bimbelnya.
"Karena pintu tidak ditutup, aku masuk ke sana, ternyata ada 4 kertas berisi biodata kita berempat. Tertulis nama, tanggal lahir, jam kelahiran, weton."
"Aku baca punyaku, gimana sih proses aku dijadikan tumbal. Proses kematianku itu tertulis pertama aku sakit, kedua aku kecelakaan, kepalaku kayak apapun ditulis sama dia. Ketiga kalau gagal aku bunuh diri," ungkapnya.
Membaca kertas itu, Siska pun merasa emosi dengan ketua yayasan bimbelnya itu. Siska marah karena merasa tak saling kenal, namun hendak dijadikan tumbal.
"Ada pak W (tetangga ketua yayasan) yang melerai. Akhirnya dibawa ke kelurahan, diadili dan si ibu ini tadi disuruh keluar dari kampung itu," kata Siska.
(*)