Ketua Paguyuban Sir Buni Kasih, Dedi Saefullah menegaskan, tujuan mereka melakukan pendakian bukan untuk ziarah.
"Jadi bukan ziarah, lebih ke tadabbur alam," kata Dedi Saefullah.
Saat melakukan tadabur alam, kata dia, rombongan berhasil mengunjungi dua curug yang ada di Gunung Pangrango.
Namun saat akan kembali, tiba-tiba cuaca di Gunung Pangrango mendadak jadi ekstrem.
Kabut tebal dan hujan rintik terus menerus menghalangi pemandangan dan pergerakan mereka.
Akhirnya kelompok itu pun memutuskan untuk bermalam.
"Ketika cuaca (buruk) harus sigap dan menentukan bermalam," jelasnya.
Apalagi kondisi yang gelap dan hujan membuat jalur turun dari puncak tertutup.
Hal itulah yang kemudian membuat rombongannya tersesat.
Mereka pun sudah mencoba membuka jalur sendiri, namun tidak membuahkan hasil.
Bahkan anggota rombongannya sampai mengalami luka-luka hingga terkilir.