Dia juga tidak merasa menjual ilmu dengan menerima upah ketika ceramah.
Upah itu, baginya, bayaran atas rasa capeknya, bukan ilmu yang dibagikan.
"Orang bilang, 'Lu jual ilmu'. No, ilmu terlalu mahal untuk dijualbelikan. 'Tapi lu diundang, dibayar'. Lu bukan bayar ilmu gue. Lu bayar capek gue," katanya.
"Dari Jakarta ke mana, gue ninggalin anak, gue ninggalin bini. Keringet keluar, bensin keluar, gue bayar sopir. Lu bayar itu," terangnya.
(*)