Saran tersebut merupakan respons dari insiden dua pesawat ditembaki Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), yaitu pesawat Asian One Air PK-LTF di Distrik Beoga, Papua Tengah pada Jumat (16/2/2024) lalu dan pesawat Wings Air PK-WJT di Dekai, Papua Pegunungan pada Sabtu (17/2/2024).
Akan tetapi, Gerry tidak dapat memastikan kapan kondisi membahayakan itu dapat terjadi.
Pasalnya, berdasarkan kejadian sebelumnya, aksi penembakan pesawat oleh KKB Papua ini tidak dapat diprediksi.
"Saya tidak tahu kondisi terkini di lokasi-lokasi kejadian, cuma biasanya ya nongol random, datang, ulah, cabut," ujarnya pada Kompas.com, Senin (19/2/2024).
Menurutnya, penutupan penerbangan sementara di wilayah itu dapat menjadi opsi terbaik dibandingkan harus menutup permanen penerbangan di wilayah tersebut.
Pasalnya, bila penerbangan ditutup secara permanen justru akan merugikan masyarakat di wilayah tersebut karena menjadi kesulitan untuk ke kota lain.
Artinya, konektivitas daerah terpencil justru menjadi hilang dan para penduduk di wilayah itu pun akan terisolir.
Penutupan ini juga akan berdampak ke perekonomian wilayah tersebut.
Pasalnya, dengan hilangnya konektivitas, pasokan makanan dan kebutuhan harian menjadi sulit hingga akan menyebabkan kenaikan harga.
"Untuk yang kasus AsianOne, Kemenhub bisa apa dalam hal ini? Ya paling dengan tidak melanjutkan kontrak penerbangan perintis ke daerah tersebut. Tapi jika penerbangan di sana dihentikan, lalu daerah-daerah terpencil akan terisolir, dan pasokan barang-barang kebutuhan harian bisa berhenti. Apakah pemerintah berani mengambil keputusan untuk berhenti terbang di sana?" ucapnya.
Oleh karenanya, Gerry pun menyarankan Kemenhub untuk menutup sementara penerbangan di wilayah itu jika kondisi membahayakan penerbangan.