"Ya tentunya ada label yang seringkali disematkan, semisal crazy rich selalu menjadi sorotan di profil perpajakan, begitu yang pernah saya rasakan,"
"Tapi, akhirnya justru saya dijadikan wajib pajak teladan. Intinya, mari harus dapat bermanfaat dan memberikan sesuatu kepada sesama," katanya.
Joko Suranto menyebut, setiap manusia tentu ada keinginan dalam dirinya.
Namun, dia memagari diri untuk selalu bersyukur atas apa yang telah didapatkan.
"Ya Alhamdulillah bagi saya dengan selalu melihat ke bawah dan jalan ke kampung-kampung membuat saya bersyukur atas nikmat yang didapat selama ini dan cukup. Tak perlu yang wow, wah, atau apapun,"
"Kami pun mendidik di internal perusahaan lewat family gathering dengan memberikan fasilitas mencukupi ke para karyawan dan memperhatikan keluarganya, agar mereka pun menyadari apa yang sudah diberikan perusahaan sudahlah cukup," katanya.
Dikutip Gridhot dari Tribunnews, Joko Suranto sendiri juga sudah sering viral di kalangan masyarakat.
Dirinya pernah rela rogoh kocek Rp2,8 miliar untuk membangun jalan di Grobogan sehingga mendapatkan gelar Pahlawan Kebaikan dari warga setempat.
Joko Suranto lahir di Desa Jetis, Grobogan, Jawa Tengah pada 20 Januari 1969.
Ia adalah alumnus Fakultas Hukum (FH) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta tahun 1993.
Dulunya, Joko Suranto merupakan penjual koran yang memilih merantau demi mengubah nasib.
Source | : | tribunnews,Tribun Jabar |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar