Mayor Osea diketahui sempat melontarkan tantangan terhadap aparat TNI-Polri untuk berperang secara terbuka.
Menurut klaimnya, aksi penembakan yang dilakukan OPM merupakan bentuk perang tahapan menuju revolusi total.
Pihaknya juga menolak segala bentuk pembangunan apapun oleh Pemerintah Indonesia di atas Tanah Papua.
"Kami tidak minta uang, jabatan atau pembangunan dan lain-lain. Namun sebagai bentuk perlawanan kami terhadap musuh kami yaitu TNI-Polri," ujarnya.
Mayor Osea kemudian mengeluarkan ancaman tembak mati bagi warga asli Papua yang terlibat membantu TNI-Polri lewat cara spionase terhadap aktivitas TPNPB.
"Apa pun yang akan terjadi jangan cari rakyat sipil tetapi cari kami pasukan TPNPB, sebab itu semua kami pasukan TPNPB yang lakukan sebagai bentuk perlawanan mengusir pendudukan pemerintah Indonesia di atas Tanah Papua," ujarnya.
Kronologi
Melansir Tribunnews.com, kronologi tewasnya Oktovianus bermula ketika Danramil itu pergi ke pelabuhan Kampung Pasir Putih untuk mengambil barang pada Rabu (10/4/2024) sekitar pukul 16.00 WIT.
Namun, Oktovianus tidak pulang semalaman.
Keesokan harinya, pada Kamis (11/4/2024) sekitar pukul 08.00 WIT, mayat Oktovianus ditemukan di jalan menuju pelabuhan Pasir Putih, Jalan Trans Enarotali.
Kemudian, sekitar pukul 11.00 WIT, gabungan anggota Satgas Raider 527/BY, Koramil 1703-04/Aradide, dan Polres Paniai datang mengevakuasi jenazah Oktovianus.