Gridhot.ID - Video bocah menangis kelaparan di Desa Rawapanjang, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat viral di media sosial.
Bocah bernama Gibran usia 7 tahun itu menangis minta makan ke ibunya, namun justru disuruh memakan garam.
Gibran yang mengaku lapar juga disiram air oleh ibunya karena terus menangis.
Petugas listrik bernama Ahmad Saugi yang melihat dan merekam kejadian itu lantas mengajak Gibran dan adiknya mencari makan menggunakan sepeda motor.
Setelah kejadian ini viral, ibu kandung Gibran yang bernama Rizka kabur dari rumah dan keberadaannya masih dicari.
Tetangga Gibran, Prabu Hermawan, mengatakan ibu Gibran tak bertanggung jawab dan meninggalkan ketiga anaknya begitu saja.
"Kalau bisa dicari nih perempuan, karena sudah masuk pasal penelantaran anak, kekerasan lah, kalau saya pengennya begitu," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Rabu (8/5/2024).
Terkait video yang beredar, Prabu mengatakan kejadian seperti ini sudah sering terjadi.
Menurutnya, di dalam rumah ada makanan, namun ibu Gibran enggan memberikannya.
"Sebenernya kalo makan biasa, cuma emang kali itu aja emang ibunya. Hari itu juga ada nasi, kan abis itu masuk ke dalem," bebernya.
Ia menambahkan keluarga Gibran termasuk kurang mampu.
Ayah Gibran yang bernama Hamzah bekerja sebagai tukang bangunan dan pulang ke rumah seminggu sekali.
Namun, setiap pulang ayah Gibran selalu memberikan uang belanja ke ibunya.
"Hamzah ini walaupun orangnya pulang seminggu sekali tapi duitnya nyampe, dititip ke tetangga buat anak-anaknya," ucapnya.
Sedangkan ibu Gibran juga bekerja, namun pekerjaannya tidak menentu.
Saat kedua orang tuanya bekerja, Gibran dan 2 adiknya sering dititipkan ke tetangga.
"Kita semua peduli, di sini kan kekeluargaan. Itu sampe tengah malem tetangga yang ketitipan itu mulangin, karena liat ibunya udah pulang."
"Seandainya ibunya enggak ada itu si Gibran di rumah tetangga, segitunya sampe merawat kayak anak sendiri," pungkasnya.
Kata Camat Bojonggede
Camat Bojonggede, Tenny Ramdhani, mendatangi rumah Gibran dan mengaku prihatin dengan kondisi keluarganya.
Selama ini keluarga Gibran tidak masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) sebagai penerima bantuan dari pemerintah.
"Kami sudah konfirmasi ke RT/RW kenapa tidak didata dan sebagainya. Sebetulnya sudah, namun keluarga belum sempat memberikan data-data yang menjadi prasyarat untuk bisa didaftarkan," ujarnya kepada wartawan, Selasa (7/5/2024).
Tenny memaparkan, setelah melakukan koordinasi dengan Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Bogor, keluarga Gibran langsung didaftarkan ke dalam DTKS dan juga BPJS Kesehatan.
Ia mengatakan, langkah ini diambil untuk jangka panjang dalam memberikan kesejahteraan bagi keluarga yang bersangkutan.
"Alhamdulillah BPJSnya sudah terdaftar, sudah didaftarkan DTKS dan sudah menjdi bagian dari keluarga penerima bantuan secara berkelanjutan," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan langkah berikutnya adalah akan terus berkomunikasi dengan Dinsos Kabupaten Bogor dalam untuk memberikan perhatian terhadap Gibran.
Begitupun dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk & Keluarga Berencana (DP3A2PKB) untuk memberikan pendampingan lanjutan.
"Di mana di situ ada bidang yang membidangi perlindungan anak. Bidang tersebut kami mohon diusulkan untuk mendampingi anak-anak ini supaya bisa diberikan pendekatan pendampingan bagaimana menguatkan mental-mental mereka sehingga mereka tidak mengalami trauma," katanya.
Meski begitu, ia mengatakan selama ini Gibran yang sering kali ditinggalkan orang tuanya itu selalu diperhatikan oleh para tetangga.
"Mereka sangat perhatian, karena mereka tau pak Hamzah itu pulangnya tidak tentu, jadi mereka sering memberikan makanan," pungkasnya.
(*)