Sebelumnya, Mantan Pilot senior, Stephanus G.S memberikan analisisnya di acara Indonesia Lawyers Club pada Selasa malam (30/10/2018).
Baca Juga : Detik-Detik Jatuhnya Pesawat Lion Air JT 610, Sempat Berputar-Putar Sebelum Terdengar Ledakan
Dalam tayangan tersebut, Stephanus mengatakan bahwa pesawat baru yang digunakan Lion Air JT 610 menggunakan sistem komputerisasi.
Dari peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air JT 610, Stephanus menarik beberapa kesimpulan.
Sebelumnya Stephanus mengatakan bahwa kecelakaan pesawat tak bisa dihindari.
Baca Juga : Kesaksian Penumpang Lion Air JT 610 Rute Denpasar-Jakarta yang Sempat Mencium Bau Gosong
Berdasarkan penuturan Stephanus, era komputerisasi pesawat terjadi sejak tahun 1960-an.
Dengan sistem komputerisasi ini tugas pilot diserahkan ke komputer agar bisa mengurangi kecelakaan.
Kendati demikian, sistem ini tidak mengurangi kecelakaan.
Baca Juga : Pengakuan Mantan Pramugari Lion Air yang Pernah Alami Dua Kali Kecelakaan Pesawat
Stephanus mengatakan bahwa sistem komputerisasi justru membuat pilot bingung.
"Justru komputer itu buat bingung pilot. Kenapa? si pilot pasti jam terbangnya juga baru di pesawat itu dan pengenalan terhadap instrumen juga baru. Bisa dibayangkan dengan pengalaman yang baru, menghadapi masalah. Tetapi harus berbuat sesuatu kan," sambungnya.