Dengan sistem komputerisasi ini tugas pilot diserahkan ke komputer agar bisa mengurangi kecelakaan.
Kendati demikian, sistem ini tidak mengurangi kecelakaan.
Baca Juga : Pengakuan Mantan Pramugari Lion Air yang Pernah Alami Dua Kali Kecelakaan Pesawat
Stephanus mengatakan bahwa sistem komputerisasi justru membuat pilot bingung.
"Justru komputer itu buat bingung pilot. Kenapa? si pilot pasti jam terbangnya juga baru di pesawat itu dan pengenalan terhadap instrumen juga baru. Bisa dibayangkan dengan pengalaman yang baru, menghadapi masalah. Tetapi harus berbuat sesuatu kan," sambungnya.
Pilot senior, Stephanus tersebut menerangkan bahwa kecepatan Lion Air JT 610 mencapai 400 km/jam.
Baca Juga : Belum Resmi Jadi Pramugari, Lion Air JT 610 Jadi Penerbangan Terakhir Putty Fatikha Rani
Kecepatan tersebut tidaklah normal, dimana sesegera mungkin harus segera diatasi.
"Kemungkinan besar ada semacam kayak error di penerbangan pagi itu. Mungkin ada awareness pilot. Kalau di Air Asia, terbukti ada sesuatu yang miss yang disebut kru koordinasi," paparnya.
Meski kita hidup di era digital, menurut Stephanus penerbangan manual dinilai lebih aman.
Karnil Ilyas yang memandu acara tersebut juga memberikan data catatan penerbangan Lion Air JT 610.
Dari data catatan tersebut Stephanus mengatakan bahwa kondisi kokpit semrawut.(*)
Source | : | antaranews.com,GridHot.ID |
Penulis | : | Dewi Lusmawati |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar