Dwikorita juga menampik asumsi bahwa BMKG kurang profesional dalam melakukan tugas.
Menurut Dwikorita, BMKG sudah menginformasikan sesuai dengan alur yang tepat.
Alur informasinya adalah sebagai berikut: ahli yang ada di stasiun pemantauan dan di pusat melakukan koordinasi terkait fenomena yang terjadi.
Baca Juga : Dua Belas Anak Terjebak di Pulau Sekepel Saat Tsunami Melanda Wilayah Perairan Selat Sunda
Kemudian informasi disebar melalui humas BMKG.
Kapasitas BMKG sejauh ini baru sebatas deteksi gempa tektonik, bukan gempa vulkanik.
Ada pihak lain yang berwenang jika fenomena yang terjadi berkaitan dengan aktivitas vulkanik.
"Oleh karenanya, itu tidak dapat terpantau oleh sensor gempa tektonik milik BMKG, karena lebih dari 90% kejadian tsunami di Indonesia diakibatkan gempa tektonik," kata Dwikorita.
Baca Juga : Selamat dari Tsunami, Ade JIGO Sempat Terseret Gelombang Selama Dua Menit
Ia juga mengimbau masyarakat untuk tetap percaya kepada BMKG.
"Saya mengucapkan terimakasih atas kepercayaannya lewat sosial media BMKG yang selalu meng-update informasi cuaca iklim gempa tektonik dan tsunami. Mohon tidak mudah terpancing isu-isu menyesatkan sehingga membuat masyarakat di sana resah," ujar Dwikorita.
"Mohon dengan sangat masyarakat kita sudah susah menjadi korban bencana jangan ditambah dengan hoaks lainnya. Mohon tetap percaya kepada info BMKG dan terkait kegunungapian percaya pada aplikasi magma Indonesia milik PVMBG," pungkasnya.
Hingga saat ini, petugas berwenang masih melakukan evakuasi terhadap korban tsunami di wilayah terdampak dari Banten hingga Lampung.
Baca Juga : Manggung di Tempat yang Sama dengan Seventeen, Aa Jimmy Meninggal Dunia Terseret Arus Tsunami
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan bahwa korban tsunami di Selat Sunda terus bertambah.
Tim SAR gabungan terus beroperasi.
Data sementara hingga 24/12/2018 pukul 17.00 WIB, tercatat 373 orang meninggal dunia, 1.459 orang luka-luka, 128 orang hilang, dan 5.665 orang mengungsi.
Diperkirakan korban masih bertambah.
(*)
Source | : | Kompas.com,Twitter |
Penulis | : | Chandra Wulan |
Editor | : | Chandra Wulan |
Komentar