Laporan Wartawan GridHot.ID, Siti Nur Qasanah
GridHot.ID - Belum lama ini, dunia jagad maya kembali dihebohkan dengan beredarnya video adu jotos antara guru dengan murid.
Video tersebut diunggah oleh akun Facebook Agus Nawan pada Selasa (9/4/2019).
Insiden tersebut terjadi di SMA Negeri 1 Tambakrejo, Jawa Timur.
Dalam video yang berdurasi 20 detik itu, tampak guru sedang memarahi seorang murid laki-laki di depan kelas.
Tersulut emosi, sang guru lalu mencekik dan membanting murid itu hingga jatuh ke lantai.
Keduanya pun terlibat perkelahian dan saling baku hantam di depan kelas.
Baca Juga : Demi Memacu Semangat Belajar Murid - Muridnya, Guru Ini Mengajar dengan Menggunakan Kostum Iron Man
Sejumlah murid yang menyaksikan perkelahian keduanya terlihat berusaha melerai.
Akun Facebook Agus Nawan menyebut kepala sekolah SMAN 1 Tambakrejo sudah mengonfirmasi kebenaran video tersebut.
Muhadi, kepala sekolah SMAN 1 Tambakrejo menuturkan kejadan perkelahian itu berlangsung di saat kegiatan belajar mengajar.
Ia mengatakan bahwa murid tersebut tidak terima ditegur oleh guru BK di depan teman-teman sekelasnya.
"Bermula saat sang murid duduk di kursi guru di kelas. Guru BK itu kemudian menegur siswa itu di hadapan teman-teman sekelasnya," kata Muhadi.
"Siswa yang ditegur tak terima ditegur. Karena keduanya tersulut emosi," imbuhnya.
Kepala sekolah itu mengungkap bahwa keduanya sudah berdamai serta saling memaafkan.
Pihak sekolah juga telah memanggil orangtua murid.
Melansir dari ugm.ac.id, Agus Heruanto Hadna selaku pengamat Kebijakan Publik UGM, Dr.soc.pol. menilai fenomena ini terjadi akibat sistem pendidikan di Indonesia mengabaikan pendidikan perilaku dan karakter.
Menurutnya, pendidikan di Indonesia lebih banyak menekankan pada aspek kognitif. Sementara itu, aspek perilaku cenderung dilupakan.
“Pendidikan saat ini lebih banyak mengajarkan aspek kognitif saja, dicekoki dengan IPTEK,” katanya saat dihubungi di UGM.
Baca Juga : Pak Gurunya Salah Putar Film Porno di Dalam Kelas, Murid-murid Kompak Berteriak: Aduh Bapak!
Kondisi ini mengakibatkan lemahnya aspek perilaku dalam pendidikan.
Hal ini terjadi tidak hanya pada siswa, tetapi juga di pihak guru.
“Jadi ada ketidakseimbangan antara pendidikan kognitif dengan perilaku,” ucapnya. (*)