Find Us On Social Media :

Coup d'Etat, Panglima Angkatan Bersenjata Etiopia Ditembak Mati Oleh Pengawalnya Sendiri

Kepala Staf Angkatan Etiopia, Jenderal Seare Mekonnen dilaporkan ditembak mati oleh pengawalnya sendiri dalam upaya kudeta Sabtu (22/6/2019).

Gridhot.ID - Panglima Angkatan Bersenjata Etiopia Jenderal Seare Mekonnen tewas ditembak mati oleh pengawalnya sendiri.

Kejadian itu terjadi di ibu kota negara tersebut, Addis Ababa.

Perdana Menteri Abiy Ahmed yang mengetahui hal ini mengatakan Mekonnen dan perwira lainnya mencegah upaya kudeta yang tengah terjadi di pemerintah wilayah Amhara, Etiopia utara.

Dilaporkan BBC Indonesia Minggu (23/6/2019), di Amhara sendiri, Gubernur Ambachew Mekonnen juga tewas dibunuh bersama dengan seorang penasihatnya.

Baca Juga: Maunya Cinta Satu Malam, Seorang Pria Dipenjara Usai Tiduri dan Menolak Menikahi Wanita Gebetannya yang Ia Kenal Lewat Tinder

Kantor perdana menteri mengungkapkan, Jenderal Mekonnen tewas bersama dengan seorang jenderal lainnya, Gezai Abera.

Adapun si pengawal kini telah ditahan. Di Amhara, Gubernur Ambachew tewas bersama penasihat senior Ezez Wasie.

Sementara jaksa agung dilaporkan terluka. Lake Ayalew ditunjuk sebagai penjabat gubernur.

Kantor perdana menteri kemudian menuduh kepala keamanan Regional Amhara, Asaminew Tsige, sebagai pihak yang merencanakan kudeta.

Tak diketahui apakah dia sudah ditangkap.

Baca Juga: Pesan Mantri Patra Sebelum Hembuskan Nafas Terakhir : Kapan Semua Berakhir

Ahmed kemudian muncul di televisi sembari mengenakan seragam militer dan mengecam usaha kudeta itu. Sejak terpilih pada 2018, Ahmed berusaha mengakhiri penindasan politik.

Antara lain dia membebaskan para tahanan politik, mencabut larangan keberadaan partai politik, dan menuntut pejabat yang ditudah telah melanggar HAM.

"Upaya kudeta di Amhara bertentangan dengan konstitusi dan dimaksudkan untuk mengacaukan perdamaian di kawasan tersebut," demikian keterangan kantor PM.

Amhara menjadi begitu penting karena daerah asal kelompok etnis Amhara merupakan wilayah terpadat kedua di Etiopia, dengan Amharik menjadi bahasa negara.

Baca Juga: Tanggapan Mbah Mijan Mengenai Keaslian Viralnya Bus Hantu Cikampek-Bandung : Bisa Jadi yang Dialami Doi Memang Real

Kawasan itu menjadi lokasi konflik etnis di mana puluhan orang tewas pada Mei lalu ketika suku Amhara terlibat bentrok dengan Gumuz di Amhara dan wilayah sekitar.

Kekerasan etnis yang biasanya dipicu oleh sengketa tanah telah menyebabkan sekitar tiga juta orang mengungsi.

Amerika Serikat (AS) dilaporkan sudah mendengar insiden itu.

Melalui kicauan di Twitter, Kementerian Luar Negeri AS mengimbau kepada stafnya untuk tetap berada di gedung menyusul upaya kudeta pada Sabtu (22/6/2019).

Baca Juga: Pernah Bantai 100 Orang ISIS, Sniper Cantik Ini Dihargai Rp 13 Miliar Bagi Siapa Saja yang Bisa Menangkapnya untuk Dijadikan Budak Seks

Selain etnis, masalah lain yang dihaadapi oleh Ahmed adalah keresahan di internal militer. Oktober lalu, dia mengaku didatangi oleh ratusan tentara.

Para tentara itu meminta kenaikan gaji dan ada yang mengancam bakal membunuh. Ancaman itu jelas menakutkan.

Sebab, Ahmed pernah menjadi korban upaya pembunuhan.

Dalam demonstrasi yang berlangsung Juni 2018, dia selamat dari serangan granat yang meledak dan menewaskan dua orang serta melukai 100 lainnya terluka. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Usaha Kudeta di Etiopia: Jenderal Ditembak Mati Pengawalnya Sendiri"