Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Keamanan dan kenyamanan di tengah masyarakat bergantung pada petugas keamanan, salah satunya adalah polisi.
Seorang polisi bertugas sebagai pelayan masyarakat yang harus siap siaga melayani kapanpun waktunya.
Dalam keadaan apapun, seorang polisi harus siap berani melawan resiko apapun demi melayani masyarakat.
Sebuah kisah inspiratif dibagikan oleh seorang polisi yang bertugas di Polsek Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Brigadir Dian Wijayanto (32) seorang anggota polisi Sentral Pelayanan Kepolisian (SPK) Polsek Purwanegara merupakan sosok polisi yang patut diteladani dalam menjalankan tugas.
Melansir dari Kompas.com Senin (15/7/2019), Brigadir Dian Wijayanto merupakan salah satu anggota polisi yang memiliki kekurangan fisik.
Tubuh bagian kirinya mulai dari tangan dan kaki terlihat sulit digerakkan.
Hal ini dikarenakan hampir seluruh tubuh bagian kiri Brigadir Dian Wijayanto mengalami kelumpuhan.
Namun, dengan kelumpuhan itu, tak menghentikan niat Brigadir Dian Wijayanto untuk bertugas.
Sambil duduk di balik meja, Brigadir Dian Wijayanto (32) dengan sigap menjawab dan melaporkan situasi terkini di wilayahnya melalui radio komunikasi.
Masyarakat yang datang ke mapolsek pun dilayani dengan senyum ramahnya.
Ketika ditemui, Brigadir Dian pun menceritakan kisah bertugasnya sebagai seorang polisi hingga harus menderita kelumpuhan di tubuh bagian kirinya.
Ia mengisahkan tubuh bagian kirinya mengalami kelumpuhan setelah terlibat dalam kecelakaan lalu lintas pada tahun 2009 lalu.
Sepulang dari bertugas, sepeda motor yang ia tunggangi tertabrak mobil.
"Pulang dinas dari Polsek Batur waktu itu, rencana sore mau berangkat lagi, tapi terjadi kecelakaan, waktu itu puasa terakhir. Di tikungan ada mobil nyalip dan menabrak saya," kata Dian mengenang kejadian yang menimpanya di mapolsek, Sabtu (13/7/2019).
Kecelakaan itu mengakibatkan kedua tulang kaki dan lengan kanannya patah.
Selain itu ia juga mengalami pendarahan pada kepalanya.
Baca Juga: Tak Menyesal Dimadu, Samira Mengaku Senang Suaminya Bisa Menikah dengan Istri Keduanya
Brigadir Dian pada saat itu harus berjuang melewati masa kritisnya di rumah sakit selama lima hari.
"Setelah pulih, tangan kiri dan kaki kiri jadi kaku. Katanya akibat pendarahan di kepala. Saat itu penanganan terlambat, karena saya koma selama lima hari. Setelah itu saya harus menjalani fisioterapi, kayak orang habis stroke," ujar Dian.
Usai tragedi kecelakaan itu, Dian mengaku merasa putus asa untuk melanjutkan tugasnya sebagai seorang polisi di korps cokelat yang saat itu baru dirintis selama tiga tahun dan dicita-citakan sejak kecil jadi pertaruhan.
Baca Juga: Seragaman Lengkap, Oknum TNI Pencuri Kotak Amal Masjid Jadi Tontonan Warga Saat Tertangkap
Pada saat itu, dokter telah memvonis lukanya tak dapat disembuhkan.
Namun, keajaiban pun menghampirinya, ia masih mempunyai kesempatan untuk bertugas.
Atas kebijakan pimpinannya, pada 2011 bapak dua anak ini akhirnya dimutasi ke Polsek Purwanegara yang tak terlalu jauh dari rumahnya di Desa Pucung Bedug, Kecamatan Purwanegara.
Awalnya, Dian harus diantar jemput oleh saudaranya untuk berangkat dan pulang bertugas.
Namun setelah menikah, istri tercintanya Enggar Puji Lestari (29) yang setia menghantar dan menjemputnya saat bertugas.
Tak mau terlalu merepotkan orang lain, sejak setahun terakhir ini Dian mampu berangkat dan pulang bertugas sendiri.
Ia mendapatkan sebuah sepeda motor modifikasi pemberian pimpinannya.
Sepeda motor bebek dengan roda tambahan di samping kanan dan kiri itu sangat membantunya melakukan mobilitasnya sebagai Bhabinkamtimbas.
"Pelayanan kepada masyarakat tetap berjalan, saya keliling ke desa melakukan sambang ke warga, tokoh masyarakat. Saya juga melakukan penyuluhan kepada masyarakat, hadir di pertemuan RT," kata Dian.
Di tengah keterbatasannya, setiap pagi Dian juga bertugas mengatur lalu lintas di sekolah. Selebihnya, Dian bertugas di kantor mengurus administrasi dan memberi pelayanan kepada masyarakat.
"Walaupun aktivitas belum maksimal, tapi pelayanan kepada masyarakat harus maksimal. Meskipun keadaan seperti ini bukan berarti tidak bisa melayani masyarakat, bukan alasan untuk menghambat aktivitas," ujar Dian.(*)