Find Us On Social Media :

Distel Saat Pembantaian Pembantaian G30S di Lubang Buaya, Bukan Musik dan Tarian Genjer-Genjer yang Dianggap Bahaya, Ternyata Lagu Ini yang Bikin Ngeri Pemerintah

Film G30S/PKI

Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade

Gridhot.ID - Pada 30 Sepember, rakyat Indonesia akan mengenang serta memperingati tragedi kemanusiaan Gerakan 30 September (G30S) yang telah terjadi pada tahun 1965.

Sejarah kelam pembantaian massal itu masih kuat terekam sampai saat ini oleh beberapa saksi hidup di masa itu.

Pemberantasan terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI) dan pengikutinya terjadi di mana-mana di seluruh pelosok negeri.

Baca Juga: Tak Peduli Sekitarnya Ramai Massa Sedang Demonstrasi, Bak Dapat Lapangan Eksklusif, Anak-anak Ini Tetap Santai Bermain Bola di Tengah Jalan Tol yang Sedang Diblokade

Banyak masyarakat yang sebenarnya tak menahu soal gerakan tersebut turut terciduk dan menjadi korban.

Semua atribut tanpa terkecuali yang berbau partai berhaluan Uni Soviet (sekarang Rusia) dilarang keras oleh negara usai lengsernya Soekarno sebagai presiden.

Salah atribut atau budaya yang dilahirkan dari PKI adalah lagu berjudul Genjer-Genjer.

Baca Juga: Tak Terima Putranya Jadi Korban Bentrokan Demo Hingga Alami Pendarahan Kepala, Ibunda Faisal Amir Mahasiswa Al Azar Tuntut Komnas HAM untuk Mengusut Pelaku: Saya Maafkan

Lagu ini dianggap dianggap sebagai sebuah lagu yang menceritakan pembantaian tujuh pahlawan revolusi kala itu.

Dalam film yang mengisahkan mengenai pembantaian tujuh jenderal berjudul "Pengkhianatan G30S/PKI" (1984), usai membantai perwira Angkatan Darat di Lubang Buaya, lagu ini diputar.

Ormas Pemuda Rakyat digambarkan menyanyikan lagu ini dan diiringi dengan tarian Genjer-genjer yang juga di cap sebagai budaya PKI.

Selama ini sebagian besar masyarakat hanya mengenal lagu Genjer-Genjer sebagai lagu yang dilarang karena dianggap berbau PKI.

Baca Juga: Identitas Asep Sanusi, Pelapor Dhandy Laksono Sempat Dibocorkan AJI Indonesia, Humas Polda Metro Jaya: Ya Tak Masalah Jika Anggota Polisi

Namun, ternyata selain lagu Genjer-genjer, ada sebuah lagu lagi yang berbau PKI dianggap justru lebih kuat pengaruhnya.

Lagu tersebut berjudul "Darah Rakyat", namun hingga saat ini penciptanya masih belum diketahui.

Ada yang mengkaitkan nama Legiman Hardjono sebagai penggubah lagu tersebut, namun belum ada kepastian yang tepat.

Baca Juga: Putranya Sudah Punya 4 Istri Tapi Masih Suka Sama Lelaki, Ibu di Indramayu Nekat Sewa 5 Pembunuh Bayaran untuk Habisi Nyawa Anaknya Sendiri

Lagu dengan irama bersemangat disertai lirik yang menceritakan pergerakan rakyat ini pernah dinyanyikan oleh ribuan orang saat diadakan rapat raksasa di Lapangan Ikada.

Melansir dari Sosok.ID, kala itu tahun 19 September 1945, kertas bertuliskan lirik lagu Darah Rakyat dibagi-bagikan kepada setiap orang yang datang di Lapangan Ikada.

Lagu itu dikumandangkan saat kedatangan Sukarno bersama Tan Malaka dan Hatta serta beberapa menteri pemerintahan saat itu.

Dalam pidatonya yang didatangi oleh ribuan rakyat tersebut Sukarno meminta dukungan kepada rakyat untuk Negara yang baru terbentuk tersebut.

Baca Juga: Ajak Joget Mahasiswa Saat Yel-yel Demo Dipekikkan, Anggota Polwan Mendadak Viral Karena Goyangannya di Tengah Massa Pendemo, Bikin Adem Suasana

Melansir dari buku berjudul "The Blood of The People: Revolution and The End of Traditional Rule in Northern Sumatra (1979)", lagu ini juga menjadi salah satu nyawa di sebuah organisasi di tanah melayu.

Partai Kebangkitan Melayu Malaya (PKMM) yang berdiri pada Oktober 1945 yang kemudian dinyatakan terlarang karena termasuk salah satu partai berhaluan kiri.

Lagu Darah Rakyat menjadi salah satu penggambaran aksi-aksi pemogokan serikat buruh yang disponsori oleh PKMM kala itu.

Baca Juga: Cinlok Hingga Ketemu Mantan, Sederet Kisah di Balik Tegangnya Demo di Depan Gedung DPR RI Jadi Viral, Ceritanya Bikin Senyum-senyum Sendiri

Dalam film dokumenter "10 Tahun Sebelum Merdeka (2007)", seorang aktivis PKMM mengatakan pengaruh Sukarno dan perjuangan Rakyat Indonesia tergambar dalam lagu tersebut.

Hingga menginspirasi PKMM untuk menjadi organisasi yang berjuang bersama rakyat.

"Dunia Baru Pasti Datang, Dunia Baru Pasti Datang, Ayo Ayo Bergerak Sekarang, Kemerdekaan Telah Datang", sepenggal lirik dari lagu tersebut menggambarkan lagu tersebut tercipta kemungkinan sesaat setelah kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Sudah Coba Dihubungi Lewat Berbagai Saluran oleh Najwa Shihab untuk Diskusi dengan Mahasiswa, Bambang Soesatyo Justru Ngaku Tak Pernah Ada Undangan Jadi Narasumber, Kok Bisa?

Namun misteri mengenai pelarangan lagu tersebut masih abu-abu sampai saat ini.

Pasalnya lagu tersebut masih bisa diakses secara terbuka melalui platform digital pada jaman sekarang. (*)