Keadaan ini bertambah buruk ketika Raja meninggal setelah serangan sifilis.
Pewaris yang berhak atas tahta adalah Pangeran Rakotobe (keponakan Radama), namun tradisi Malagasi tetap menganggap jika Ranavalona melahirkan anak meski bukan keturunan Radama tetaplah dapat mewarisi takhta.
Ranavalona yang menjunjung tinggi tradisi lokal telah mendapat banyak dukungan dari para rakyatnya yang tradisionalis.
Lebih jauh, dia juga mampu mengumpulkan cukup banyak orang militer untuk mempertahankan istana dalam beberapa hari pertama setelah kematian Radama.
Akhirnya, Ranavalona pun dinobatkan menjadi Ratu pada 12 Juni 1829, menggantikan suaminya.
Setelah berkuasa, tindakan pertama yang dilakukannya ialah membunuh Rakotobe dan ibunya, bersama dengan banyak kerabatnya.